Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth menilai pembangunan Tugu Sepatu tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. (foto: dok. pribadi)

Jakarta

Kent Tegaskan Tugu Sepatu Tak Ada Manfaatnya untuk Masyarakat: Lebih Baik Bangun Tugu Ondel-ondel

Senin 20 Sep 2021, 14:40 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sebuah tugu berbentuk sepatu dibangun di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, untuk mempercantik ibu kota. Alih-alih mendapat pujian, keberadaan instalasi sepatu raksasa itu jutsru menuai kritikan dari sejumlah pihak, salah satunya Anggota DPRD DKI Jakarta Hardiyanto Kenneth.

Pria yang akrab disapa Kent itu menilai, pembangunan Tugu Sepatu di pinggir Jalan Sudirman, tepatnya di dekat Stasiun Sudirman BNI CIty tersebut sangat lucu dan tidak ada manfaat serta arti positif bagi warga Jakarta.

"Tidak ada manfaatnya untuk masyarakat Jakarta membangun Tugu Sepatu seperti itu, apalagi di tengah situasi masyarakat yang serba sulit ekonominya karena terdampak Pandemi Covid-19. Selain itu juga tidak ada esensi dan nilai positifnya," kata Kent dalam keterangannya, Senin (20/9/2021).

Politikus PDI Perjuangan itu menambahkan, meski pembangunan Tugu Sepatu tersebut tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tidak elok jika membangunnya di tengah-tengah kota karena dapat merusak estetika Tata Kota.

"Sekarang kondisi lagi serba sensitif, masyarakat lagi susah ekonominya karena dampak Pandemi Covid-19 ini. Seharusnya Gubernur Anies sadar dan bisa mempunyai empati terhadap perasaan masyarakat Jakarta, dan jika sekecil berapapun rupiah yang didapatkan dari CSR atau dari sumber manapun itu betul-betul setiap sennya harus bermanfaat dan bisa dipertanggungjawabkan terhadap masyarakat Jakarta," ujar Kent.

Anggota Komisi D DPDR DKI Jakarta itu pun mempertanyakan, apakah pembangunan Tugu Sepatu tersebut benar-benar bertujuan untuk mempercantik Kota Jakarta atau memang bertujuan untuk beriklan, tetapi dikemas dalam bentuk pembuatan tugu. Pasalnya, model sepatu yang dibuat menjadi tugu tersebut mirip dengan salah satu merek sepatu tertentu.

"Saya juga jadi heran dan bertanya, itu sebenarnya pembangunan Tugu Sepatu tersebut untuk bertujuan beriklan atau bagaimana? Kalau memang untuk tujuannya beriklan, Gubernur Anies harus jujur dan fair dong untuk mengakui itu semua, jangan membohongi masyarakat Jakarta," tukas Kent.

"Kalau memang beriklan pasti ada uang kontribusi yang cukup lumayan masuk ke rekening Pemprov DKI Jakarta dan bagaimana pertanggung jawabannya kepada masyarakat DKI Jakarta terkait uang kontribusi tersebut? Jikalau tidak, menurut saya sangatlah aneh, tidak mungkin membangun tugu sepatu tersebut jikalau tidak ada maksud tertentu," sambungnya.

Oleh karena itu, sambung Kent, alangkah baiknya jika Pemprov DKI Jakarta membangun tugu atau prasasti ondel-ondel Betawi di tengah-tengah Ibu Kota Jakarta yang lebih mempunyai nilai seni dan sejarah, agar kaum milenial bisa belajar dan tidak melupakan sejarah bahwa ondel-ondel merupakan ikon Jakarta.

"Lebih baik membangun Tugu Ondel-Ondel Betawi yang lebih ada artinya, jadi kaum milenial bisa mengetahui histori ondel-ondel Betawi kenapa bisa menjadi ikon Jakarta. Buat Tugu Ondel-Ondel Betawi lalu di bawahnya diberi penjelasan mengenai historinya, awal mula dikenal ondel-ondel dan mengapa jadi kebudayaan dan ikon Kota Jakarta," ujarnya.

"Menggunakan ruang di Jakarta ini harus memikirkan apa manfaat yang bisa didapat oleh masyarakat Jakarta, jangan seperti ini dong, nyeleneh banget, Kemarin Tugu Bambu di Bundaran HI, kemudian Gabion dan Tugu Sepeda, sekarang Tugu Sepatu, berikutnya apa lagi? Tugu Anies Baswedan?" ketus Kent.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) PDI Perjuangan Provinsi DKI Jakarta ini pun menilai, Anies Baswedan tidak terlalu gencar melestarikan kebudayaan Betawi sebagai orang nomor satu di Jakarta itu. Padahal sudah kewajiban kepada pejabat daerah untuk melestarikan kebudayaan seperti tertuang di dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2015, Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi. 

Kent mengingatkan, dalam Perda Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2015, Tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, tertuang dalam Pasal 1 Nomor 13 'Jatidiri bangsa adalah karakter budaya dan karakter sosial yang menjadi diri pengenal bangsa tertentu' dan Nomor 25 'Ornamen atau arsitektur adalah bangunan atau bagian bangunan atau lambang-lambang atau simbol-simbol mencirikan kebetawian'.

Hal itu dilakukan bertujuan untuk melindungi, mengamankan, dan melestarikan budaya Betawi; memelihara dan mengembangkan nilai-nilai tradisi Betawi yang merupakan jatidiri dan sebagai perlambang kebanggaan masyarakat Betawi dalam masyarakat Jakarta yang multikultural; dan meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadap kebudayaan Betawi.

"Jika Tugu Ondel-Ondel Betawi dibangun hal itu bisa meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan aspirasi masyarakat terhadap peninggalan budaya Betawi, dan bisa membangkitkan semangat cinta tanah air, nasionalisme, dan patriotisme dan Kebanggan terhadap masyarakat Betawi itu sendiri. Ingat, ini Kota Jakarta, kampungnya orang Betawi, harga diri dan martabat orang Betawi harus dibela dan dijaga," tutur Kent.

Selain itu, kata Kent, pelestarian budaya Betawi tertuang di dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI No 11 tahun 2017 tentang ikon budaya Betawi sebagai upaya pelestarian budaya Betawi. Ikon-ikon Betawi apa saja yang wajib dilestarikan, seperti ondel-ondel, kembang kelapa (manggar), gigi balang, baju sadariah, kebaya kerancang, batik Betawi, kerak telor dan bir pletok.

Kent pun menjabarkan bahwa ikon-ikon Betawi itu banyak sekali filosofinya. Seperti ondel-ondel yang merupakan lambang kekuatan untuk memelihara keamanan, ketertiban, ketegaran, keberanian, ketegasan, kejujuran, serta anti manipulasi. Lalu gigi balang gambaran yang berbentuk gunung melambangkan kegagahan, kekokohan, dan kewibawaan. Serta baju sadariah yang menggambarkan sosok lelaki yang rendah hati, sopan, dinamis dan berwibawa.

"Hal-hal kecil sebenarnya bisa dilakukan untuk melakukan gerakan ini, yaitu salah satunya memperbanyak membangun tugu ondel-ondel di sudut-sudut Ibu Kota. Supaya bisa mengedukasi Masyarakat, terutama anak-anak muda. Supaya tidak lupa akan sejarah kebudayaan Betawi" pungkas Kent.

Sebelumnya, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI bersama Jakarta Experience Board (JXB) berkolaborasi dengan pelaku ekonomi kreatif memasang instalasi atau tugu sepatu raksasa di sejumlah titik di Jakarta. Hal itu dilakukan untuk menandai rangkaian acara Festival Kolaborasi Jakarta 2021.

Instalasi sepatu akan dipajang di tiga titik yakni di Stasiun BNI City Taman Dukuh Atas, Lapangan Banteng, dan Alun-Alun Velodrome pada 17-26 September 2021.

Pembangunan instalasi tugu sepatu Jakarta itu disebut tidak menggunakan APBD dan inisiasi dari pelaku ekonomi kreatif. Pemprov DKI Jakarta memfasilitasi dengan menyediakan ruang publik yang bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat Jakarta.

Video 'Komentar Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan Kemunculan Tugu Sepatu Berukuran Besar di Sudirman. (youtube/poskota tv)

Instalasi seni ini dilengkapi dengan QR code yang dapat dipindai, sehingga masyarakat dapat membaca surat terbuka yang ditujukan kepada para pelaku usaha kreatif yang berisi ajakan kepada seluruh elemen, terutama para pelaku ekonomi kreatif untuk bisa melakukan pendekatan adaptasi, inovasi dan kolaborasi untuk dapat bertahan di masa sulit.

Instalasi tugu sepatu Jakarta yang hadir di Ibu Kota ini juga diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk membuat gerakan-gerakan kolaborasi yang lebih besar. Sehingga, Jakarta sebagai kota metropolitan, layak menjadi sebuah kanvas yang bisa dilukis oleh warga kota untuk berekspresi, berkreasi, dan berinovasi bersama. (*/ys)

Tags:
Kent Tegaskan Tugu Sepatu Tak Ada Manfaatnya MasyarakatTugu Sepatu Tak Ada ManfaatApa Manfaat Tugu SepatuAnggota DPRD DKI JakartaHardiyanto KennethLebih Baik Bangun Tugu Ondel-OndelTugu Ondel-ondel

Reporter

Administrator

Editor