BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Sudah sepuluh tahun, Afif Ridwan mengembangkan usaha kuliner bandeng rorod. Bermula dari resep sang ibu, ia berupaya memperkenalkan bandeng rorod sebagai buah tangan khas Bekasi.
Pria berusia 55 tahun itu berkisah, pada awalnya, bisa tercetus mengembangkan bisnis kuliner bandeng rorod kala dirinya berkunjung ke sebuah pameran di Jakarta.
Kala itu, dia melihat booth yang memamerkan kuliner khas Kota Semarang, yakni bandeng presto.
"Jadi saya dulu mendatangi sebuah pameran di Jakarta, di sana itu ada stand bandeng presto dari Semarang. Lalu saya beli, saya coba," ungkap Afif di kediamannya kepada Poskota, Kamis (22/7/2021).
Lantas, ia pun teringat dengan makanan yang biasa dihidangkan oleh ibunya saat perayaan hari besar seperti Lebaran. Makanan yang dimaksud Afif yaitu, bandeng rorod.
"Kebetulan ibu saya, punya resep keluarga ya. Ibu saya biasa bikin pada hari-hari istimewa, misalnya Lebaran, karena memang bikinnya agak rumit ya, nama makanannya itu bandeng rorod," ujarnya.
Lanjutnya, Afif menjelaskan perbedaan dari bandeng rorod dengan bandeng presto. Menurut dia, bandeng presto itu tentu dengan proses memasak yang melibatkan wadah panci presto. Dengan demikian, bandeng itu dipresto hingga tulangnya melunak
"Tapi kalau bandeng rorod tuh tulangnya dirorod (ditarik) dulu tulang utamanya, kan dia ada tulang dari ekor sampai kepala, itu dari kepala ditarik, terus dagingnya dikeluarin setelah itu dipisah duri sama daging, kan masih ada tulang atau duri kecil tuh, dipisah terus dicampur bumbu, lalu dimasukkin lagi, jadi prosesnya lebih rumit ketimbang bandeng presto," jelasnya.
Kemudian, pada 2011 Afif mendirikan sebuah rumah makan di rumahnya. Nama rumah makan itu "Rumah Makan Bandeng Rorod Mpok Omah" yang bertempat di Jalan P. Maluku Jaya Blok C1 No.5 RT 01/07, Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur.
"Jadi 2011 saya buka rumah makan, di sini (rumahnya), namanya Rumah Makan Bandeng Rorod Mpok Omah, nah Mpok Omah itu nama ibu saya, namanya Siti Rohmani karena paling tua maka dipanggil Mpok Omah," ujarnya.
Meski namanya bandeng rorod, menu yang disajikan beragam. "Waktu itu menunya campur ya, masakan Betawi kayak pecak lele, semur jengkol," ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, Afif memantau bahwa bandeng rorod menjadi hidangan yang paling banyak dibeli di rumah makannya.
"Dalam perjalanan, menu yang paling laku itu bandeng rorod, karena di tempat lain enggak ada. Waktu awal-awal yang beli sekitar 10 sampai 20 ekor per hari. Orang beli buat lauk, kemudian ada orang beli buat oleh-oleh. Karena konsumen bilang di tempat lain enggak ada, yang banyak kan bandeng presto, bandeng rorod enggak ada," jelasnya.
Akhirnya, pada 2014, ia memutuskan untuk fokus memproduksi bandeng rorod. Afif berupaya menjadikan bandeng rorod sebagai salah satu oleh-oleh khas Bekasi.
"Saya fokus bikin bandeng rorod, nah orang mulai banyak beli itu buat oleh-oleh. jadi, beli buat bawa pulang, pada akhirnya saya berpikir wah ini bisa dikembangkan sebagai oleh-oleh, kebetulan Bekasi enggak punya oleh-oleh," jelasnya.
Pada awalnya dia memproduksi bandeng rorod sekira 20 ekor per hari, namun kini bisa mencapai 100 hingga 200 ekor. Pun kata dia, satu orang biasa membeli 10 - 25 ekor bandeng rorod sebagai buah tangan ketika dia kembali ke kampung halamannya.
Dengan semakin banyaknya peminat, Afif tak lupa untuk mempercantik kemasan bandeng rorod tersebut. Selain itu dia juga melakukan pengembangan produk namun masih erat kaitannya dengan ikan bandeng, seperti, bakso tahu ikan (batik) bandeng, steak bandeng, dan cilok bandeng.
Sebagai pelaku usaha, Afif juga melek teknologi. Dia memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, atau aplikasi belanja online untuk memasarkan produknya.
Untuk harganya, bandeng rorod dipatok seharga Rp28 ribu, batik bandeng Rp28 ribu, steak bandeng Rp30 ribu, dan cilok bandeng Rp20 ribu. (cr02)