TANGSEL, POSKOTA.CO.ID - Polsek Pondok Aren sedang menyelidiki aksi premanisme yang terjadi di Jalan Raya Ceger, Kelurahan Juramangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Kanit Reskrim Polsek Pondok Aren Iptu Rony Setiawan mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait dugaan aksi premanisme itu.
"Soal itu (premanisme) anggota lagi lidik juga sama panitnya," ujarnya di Polsek Pondok Aren, Jumat (18/6/2021).
Rony menuturkan, pihaknya melakukan penyelidikan guna memastikan kebenaran dari aksi premanisme tersebut. Terlebih belum ada warga yang melaporkan ke Polsek Pondok Aren.
"Enggak ada yang laporan. Makanya itu kebenarannya mau di cek," tuturnya.
Dia juga tak menampik, aksi premanisme di Jalan Raya Ceger juga sudah kadung viral di media sosial. Sepucuk surat mengatasnamakan warga Jalan Raya Ceger itu juga sempat viral.
"Surat yang itu mengatasnamakan siapa belum tahu, warga situ bukan. Kalau atas nama warga kok enggak dikenali RT dan RW," sebutnya.
Rony menyampaikan, warga yang menjadi korban premanisme seharusnya membuat laporan polisi. Jika takut untuk melapor, polisi memiliki prosedur keamanan untuk saksi.
"Kan bisa disembunyikan saksinya, enggak perlu dipertemukan.(Kalau benar ada preman) kita lakukan tindakan. Pelaku diamankan. Yang penting ada bukti dan saksi," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Aksi premanisme kerap terjadi di Jalan Raya Ceger, Kelurahan Juramangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Para preman meminta sejumlah uang kepada pedagang di sepanjang Jalan Raya Ceger, tepatnya dari Harmony Swalayan hingga Mitra 10.
Kondisi itu dialami Asma (35), salah seorang pedagang makanan pecel di pinggir Jalan Raya Ceger. Ibu dua anak itu mengaku mengalami pemalakan dari preman tersebut.
"Kalau mereka minta uang seringnya gerombolan, 5 sampai 7 orang. Saya kasihnya Rp 20 ribu setiap bulan, enggak pernah lebih," ujarnya ditemui Poskota di lokasi, Jumat (18/6/2021).
Asma menuturkan, preman tersebut rata-rata usianya masih muda. Jika tidak diberikan uang, mereka kerap merusak dagangan pedagang.
"Saya pernah termos nasi dibanting sama mereka jadi rusak. Gara-garanya tidak saya berikan uang yang mereka minta jumlahnya besar. Saya tidak kasih mereka malah merusak," sebutnya.
Alhasil, sambung Asma, termos nasi tersebut pun dilempar ke jalanan bermaksud untuk mengenai preman tersebut.
"Mereka mintanya malam-malam. Saya lempar saja termos nasi ke jalanan supaya kena mereka. Saya juga teriak maling. Mereka langsung kabur," ungkapnya. (ridsha vimanda nasution/kontributor)