Kemudian Agung Kurniawan, seorang sopir kontainer mengacungkan tangan dan menyampaikan keluh kesahnya selama menjadi sopir kontainer.
Pria kelahiran Ngawi, 38 tahun silam ini menjelaskan bahwa para sopir kontainer kerap menjadi sasaran tindak premanisme.
Ia mengaku, ketika kondisi macet, preman bawa celurit, lalu menodong, rekan-rekan ada di situ, tapi tidak berani menolong, taku menyerang yang menolong.
Selain soal premanisme, Abdul Hakim juga menceritakan soal banyaknya pungutan liar (pungli) di sejumlah depo.
Depo sendiri adalah tempat meletakkan kontainer yang sudah dipakai atau mengambil kontainer yang akan dipakai shipping line.
"(Mereka) itu meminta imbalan lah, kalau enggak dikasih, kadang diperlambat. Itu memang benar-benar, seperti Fortune, Dwipa, hampir semua depo rata-rata. Itu Pak," katanya kepada Jokowi.
Mendengar cerita para sopir kontainer, Presiden lantas memanggil ajudannya, Kolonel Pnb. Abdul Haris. Rupanya, Presiden meminta untuk menghubungi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui telepon.
"Enggak, ini saya di Tanjung Priok, banyak keluhan dari para driver kontainer yang berkaitan dengan pungutan liar di Fortune, di NPCT 1, kemudian di Depo Dwipa. Pertama itu," jelas Presiden Jokowi. (johara)