Ganjar Pranowo sesalkan tragedi Wisata Kedungombo, Boyolali (Instagram/@ganjar_pranowo)

Opini

Superlatif Kemajon untuk Ganjar Pranowo Menjadi Indikasi Persaingan Capres 2024 di Internal PDIP 

Senin 24 Mei 2021, 09:23 WIB

SECARA eksplisit, Ganjar Pranowo mendapat teguran keras dari internal PDIP, yakni dari Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto.

Itu terlihat terkait  tidak diundangnya Gubernur Ganjar Pranowo, yang juga kader PDIP, saat pengarahan kader untuk penguatan soliditas partai menuju Pemilu 2024, yang dihadiri langsung oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani, di Semarang, Minggu (23/5/2021).

Terlebih, Bambang Wuryanto yang akrab disapa Bambang Pacul itu secara blak-blakan menyebut aktivitas Ganjar Pranowo adalah untuk persiapan 'nyapres' di Pilpres 2024.

Bambang Pacul 'memacul' Ganjar di depan publik Jateng, dengan menyebut sudah kemajon (terlalu maju, terlalu berambisi).

"Tidak diundang! (Ganjar Pranowo, red) ‘wis kemajon’ (kelewatan), ‘yen kowe pinter, ojo keminter’ (bila kamu pintar, jangan sok pintar-red)," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto melalui keterangan tertulisnya di Semarang, Minggu (23/05/2021), seperti ditulis media ini kemarin.

Semprit keras atau  teguran keras itu terlihat dengan indikasi tidak diundangnya Ganjar, diikuti penjelasan Bambang Wuryanto dengan kata wis kemajon.

Kemajon adalah kata superlatif, dengan makna terlalu maju, atau langkahnya terlalu mencolok, berambisi.  Dalam hal ini bisa diurutkan: kurang maju, maju, kemajon. Ungkapan kemajon di sini dalam arti negatif. Tidak baik.

Kata kemajon dalm rimbag (pembentukan kata) dalam bahasa Jawa berasal dari kata: maju + ater-ater (awalan) ka atau ke + maju + panambang (akhiran) an. Kemajon = Ke + maju + an. Di bagian akhir terjadi perubahan bunyi (disebut sandi) ketika bunyi u + an, menjadi o = jon, hingga menjadi kemajon.

Superlatif kemajon itulah yang menohok. Bernada sarkastik. Sudah tidak diundang, ditambahi penjelasan superlatif kemajon, bagi orang Jawa sudah jelas-jelas peringatan atau teguran keras, bahkan menimbulkan malu.

Secara umum, peringatan keras ini semestinya bisa disampaikan lewat cara internal partai, tidak harus di depan umum. Tapi, karena disampaikan di depan umum, maka merupakan pernyataan luar biasa, dan bagi orang Jawa rasa malunya itu muncul di pihak Ganjar.

Nah, di sisi politik, sangat jelas maknanya, agar Ganjar tidak terlalu kencang, bahkan ada upaya menghentikan upayanya untuk nyapres. Itu karena Bambang Wuryanto membaca Ganjar sudah dalam rangka nyapres.

 Pertanyaannya, kenapa Ganjar Pranowo harus mendapat teguran keras dari DPP PDIP melalui Bambang Pacul? Secara cepat, publik bisa membaca, ada persaingan untuk calon yang kiranya akan diajukan di Pilpres 2024 dari kalangan PDIP.

Kalau begitu, siapa yang menyuruh Bambang Pacul bicara gan tidak mengundang Ganjar? Nah, lho. Secara cepat pula, maka bisa dibaca, ada orang yang kuat di PDIP yang menyuruhnya. 

Kalau dilihat orang kuat di DPP PDIP, mulai dari Sekjen Hasto Kristiyanto, Ketua DPP Puan Maharani, hingga Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Di lingkungan PDIP meski bukan pengurus, masih ada Presiden Joko Widodo, karean sempat ada isu tiga periode.

Puan Maharani sendiri dalam acara di Semarang itu memberikan sambutan. Seperti dikutip media, secara terang-terangan, dia membeberkan sosok pemimpin ideal yang bakal dijagokan partainya untuk maju sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024.

Menurutnya, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dilihat oleh teman-teman seperjuangan dan turut bersama dengan para pendukungnya di lapangan.

Pemimpin menurutnya adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di sosmed. Puan mengatakan media sosial memang diperlukan, tapi perjuangan tidak hanya berhenti di sana saja.

Sosmed diperlukan, media perlu. Tapi bukan itu saja. Harus nyata kerja di lapangan.  "Kita diem-diem saja kaya ndak siap. Kita siap! Hanya, kita itu partai yang tegak lurus pada aturan,” kata Puan Maharani.

Penjelaan ini secara eksplisit menggambarkan, Puan juga siap untuk maju 'nyapres'. Maka, kalau Ganjar beraktivitas di sosmed dalam rangka nyapres, maka ada indikasi ada persaingan untuk calon presiden (capres) 2024 dari PDIP.

Dengan begitu, kata superlatif kemajon di atas adalah indikasi adanya persaingan dalam rangka persaingan untuk menjagi Capres 2024 di internal PDIP.

Ganjar nada-nadanya diminta mengalah. Mungkin mengalah kepada Puan, atau juga rencana tiga periode Jokowi.

Dengan teguran keras ini dari dalam PDIP sendiri seperti ini, pun dari PDIP Jawa Tengah, apakan Ganjar Pranomo akan berhenti di dunia medsos dan gaul dengan kaum milenial?

Mungkin saja bisa terjadi. Tapi terkait dengan derahnya, yakni Jawa Tengah, sepertinya Ganjar tak akan berhenti. Ia akan tetap membaca surat-surat warga, menerima keluhan lewat beberapa akunnya. Warga Jateng, kiranya masih banyak yang ingin dekat dengan Gubernurnya. (winoto)

Tags:
Superlatif Kemajonganjar pranowoIndikasi PersainganCapres 2024Internal PDIP

Reporter

Administrator

Editor