Covid-19 Masih Ganas Proteksi Anak-anak
Kamis, 12 November 2020 06:00 WIB
Share
Anak anak korba kebakaran Kalibaru mendapat trauma healing, Selasa (22/9/2020). (deny)

PENULARAN Covid-19 baik di Jakarta maupun secara nasional semakin masif dan kian mengkhawatirkan. Virus mematikan tersebut menyasar semua usia, mulai dari bayi hingga lansia. Angka kematian pun terus bertambah. Tidak ada lagi batasan umur yang rentan, karena semua usia rawan tertular.

Perkembangan yang cukup mengkhawatirkan, jumlah anak-anak yang terpapar virus corona semakin banyak. Data di Dinas kesehatan DKI jumlahnya mencapai lebih dari 4.500 anak dan remaja dengan kisaran usia 0-19 tahun. Sebagai contoh, Rabu (11/11) bayi 4 bulan bersama ayahnya diisolasi ke RS Wisma Atlet karena terpapar virus corona. Sedangkan ibunya sudah lebih dulu diisolasi. Ini menunjukkan klaster keluarga masih menjadi ancaman dan anak-anak terancam terpapar.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Wagub Ahmad Riza Patria secara khusus mengingatkan akan bahaya virus corona bagi anak-anak. Sebagai kepala daerah, gubernur tidak ingin kalangan anak-anak terpapar virus mematikan tersebut. Imbauan kepada orang tua gencar dilakukan agar semua keluarga menjaga anak-anak mereka.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dari jauh hari sudah mengingatkan baik kepada pemerintah maupun keluarga-keluarga, agar mewaspadai bahaya Covid-19. IDAI menentang keras rencana dibukanya kembali pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah. Karena usia anak sangat rentan tertular, di samping anak-anak juga belum bisa disiplin mematuhi protokol kesehatan.

Memproteksi terpaparnya anak-anak dari ganasnya Covid-19, semua pihak harus bersinergi melakukan pencegahan. Pagari anak-anak dari kemungkinan terpapar, tutup celah sekecil apa pun. Kuncinya ada pada keluarga, pemerintah pusat, daerah hingga ke level perangkat RT/RW. 

Edukasi harus terus menerus diberikan kepada masyarakat agar tumbuh kesadaran menjaga anak-anak mereka. Di lapangan, masih sering terlihat anak-anak keluyuran di luar rumah, padahal saat itu jam belajar daring. Lalu, remaja kongkow-kongkow di pinggir jalan, warung kopi atau tempt nongkrong lainnya tanpa mematuhi protokol kesehatan.

Kalau kebiasaan buruk tersebut belum bisa dihilangkan, upaya memutus mata rantai penularan akan menjadi sia-sia. Itu sebabnya semua pihak harus berperan dalam memproteksi diri, keluarga dan anak-anak agar penularan tidak terus terjadi. **