ADVERTISEMENT

Soliditas Hadapi Serangan Bomber

Senin, 29 Maret 2021 06:00 WIB

Share
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bersama Kapolri Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo meninjau lokasi bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan. (ist)
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bersama Kapolri Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo meninjau lokasi bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

LEDAKAN bom yang mengguncang Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) telah melukai kerukunan umat beragama. Betapa tidak. Bom bunuh diri menggelegar di pintu gerbang Gereja Katedral Makassar tak lama setelah jemaat melakukan ibadat.

Selain dua pelaku tewas dengan tubuh hancur, 9 orang terluka termasuk satpam gereja. Soal siapa pelakunya dan motif melakukan ledakan, serahkan kepada kepolisian. Yang pasti, dunia mengutuk serangan bom di mana pun dan siapa pun pelakunya. bomb attack atau serangan bom, adalah crimes against humanity (kejahatan kemanusiaan).

Sejak peristiwa bom bunuh diri pertama kali di Indonesia yang terjadi di Bali pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang, teror bomber berkali-kali terjadi. Setahun setelah Bali, tahun 2003 bomber meledakkan diri di Hotel JW Marriot Jakarta, lalu bom Kedubes Australia disusul rentetan ledakan lainnya. Aksi terakhir sebelum di Makassar, bom bunuh diri terjadi di Polrestabes Medan, Sumatra Utara, pada Rabu (13/11/2019).

Berulangnya serangan bom bunuh diri membuktikan jaringan kelompok pelaku masih kuat. Ini juga membuktikan negara belum berhasil mencerabut akar radikal yang masih tertanam baik di individu maupun kelompok tertentu. Di sisi lain program deradikalisasi juga belum sepenuhnya berhasil.

Kita sepakat bahwa serangan bom tidak terkait dengan kebencian agama. Dari berbagai penelitian, radikalisme bisa tumbuh dari berbagai persoalan mulai dari ideologi, ekonomi, dendam dan faktor lainnya. Target yang disasar pun tidak bisa diduga. Kantor polisi, pos polisi bahkan masjid pun pernah diserang. Sebagai catatan, bomber pernah meledakkan diri di Masjid Az-Dzikra kompleks Polres Cirebon saat Salat Jumat pada April 2011. Artinya, lokasi mana pun termasuk area publik berpotensi menjadi target ledakan.

Peristiwa di Makassar hendaknya dijadikan sinyal meningkatkan keamanan secara bersama-sama. Peristiwa ini jangan mengoyak kerukunan beragama, dan kerukunan antar-suku. Serangan bomber jangan merobek keberagaman di Indonesia. Justru sebaliknya, harus jadi perekat menguatkan soliditas bangsa ini untuk bersama-sama melawan teror. **

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT