POSKOTA.CO.ID - #KaburAjaDulu tengah viral di media sosial sebagai bentuk protes terhadap berbagai permasalahan di Indonesia, mulai dari isu ekonomi, ketidakpastian politik, hingga minimnya peluang kesejahteraan.
Banyak warganet yang menggunakan tagar ini untuk mengekspresikan keinginan pindah ke luar negeri, dengan harapan menemukan kehidupan yang lebih baik.
Fenomena ini bukan hanya sekadar tren, tetapi juga mencerminkan kekecewaan publik terhadap kondisi dalam negeri.
Baca Juga: Kemlu RI Tegaskan Tidak Ada Korban dari WNI Pada Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines yang Jatuh
Fenomena Eksodus WNI Sebelum #KaburAjaDulu
Sebelum tagar #KaburAjaDulu muncul, fenomena eksodus WNI ke luar negeri sudah sering terjadi. Data dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 2019 hingga 2022, sebanyak 3.912 WNI memilih untuk melepas kewarganegaraan Indonesia dan menjadi warga negara Singapura.
Angka ini belum termasuk WNI yang bermigrasi ke negara lain seperti Australia, Amerika Serikat, atau Malaysia.
Tingginya angka eksodus ini menandakan adanya ketidakpuasan terhadap sistem dan kebijakan di Indonesia.
Mengapa WNI Memilih "Kabur"?
Beberapa faktor utama yang mendorong WNI memilih pindah ke luar negeri meliputi:
- Ekonomi: Upah rendah, biaya hidup tinggi, dan lapangan kerja terbatas.
- Pendidikan dan Kesehatan: Kualitas layanan yang dinilai masih tertinggal dibanding negara lain.
- Infrastruktur: Ketimpangan pembangunan antara kota besar dan daerah.
- Stabilitas Politik: Kebijakan yang tidak konsisten dan korupsi yang masih mengakar.
- Kesempatan Berkembang: Peluang karir dan kualitas hidup yang lebih menjanjikan di luar negeri.
Faktor-faktor ini memicu rasa pesimisme, terutama di kalangan generasi muda dan profesional.
#KaburAjaDulu: Protes atau Peringatan untuk Indonesia?
Viralnya tagar #KaburAjaDulu seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.
Eksodus WNI bukan hanya tentang keinginan individu, tetapi juga indikator kegagalan sistem dalam memenuhi hak dasar masyarakat.
Jika tidak ada perubahan signifikan, Indonesia berisiko kehilangan sumber daya manusia berkualitas yang justru dibutuhkan untuk memajukan bangsa.
Baca Juga: Buron 5 Tahun, Paulus Tannos Ditangkap di Singapura Rugikan Negara Rp2,3 Triliun
Kesimpulan
Fenomena #KaburAjaDulu dan data eksodus WNI ke Singapura mencerminkan urgensi perbaikan multidimensi di Indonesia.
Pemerintah perlu lebih responsif dalam menciptakan ekosistem yang adil, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Di sisi lain, masyarakat juga diharapkan tidak hanya "kabur", tetapi aktif menyuarakan aspirasi untuk mendorong perubahan positif.