POSKOTA.CO.ID – Semenjak kembali dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump beberapa kali menuai krotok tajam berkat komentar dan rencana kontroversialnya.
Terbaru, proposal Donald Trump untuk ‘mengambil alih’ Gaza dan memindahkan secara paksa warga Palestina dari Jalur Gaza menuai reaksi keras.
Trump mengatakan rencana tersebut saat ia menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Selasa, 4 Februari 2025.
Baca Juga: Pelantikan Presiden Donald Trump Disebut Percepat Lonjakan Harga Bitcoin Tembus Rp1,5 miliar
“Saya kira mereka (warga Palestina di Gaza) harus mendapatkan tanah yang bagus, baru, indah, dan kita mendapatkan orang-orang yang dapat mengumpulkan dan untuk membangun Gaza,” ujar Trump.
“Menjadikannya indah, dapat dihuni dan dapat dinikmati, menjadikannya sebagai rumah,” tambah Trump saat berbicara dengan wartawan.
Dengan menyebut Gaza sebagai ‘wilayah yang hancur,’ Trump menggambarkan rencananya sebagai alternatif yang lebih disukai oleh penduduk di wilayah yang mengalami agresi militer israel tersebut.
“Saat ini mereka tidak punya pilihan. Apa yang akan mereka lakukan? Mereka ingin kembali ke Gaza. Tapi apa itu Gaza? Tidak ada satu bangunan pun yang masih berdiri di sana,” ujar Trump.
Baca Juga: Donald Trump Menang Pilpres AS, JPMorgan: Harga Bitcoin akan Terus Meroket hingga 2024
Tiongkok yang selama ini mendukung opsi dua negara Palestina dan Israel yang merdeka, sangat menentang pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza tersebut.
Presiden Xi Jinping melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian dalam pernyataan resminya, Rabu 5 Februari 2025 mengungkapkan penolakannya.
"Tiongkok selalu menyatakan bahwa pemerintahan Palestina atas warga Palestina adalah prinsip dasar pemerintahan Gaza pascaperang. Kami menentang pemindahan paksa penduduk Gaza," tegasnya.
Tak hanya itu, kelompok pejuang Hamas juga menolak tegas usulan Trump untuk mengambil alih Gaza. Mereka menggambarkan pernyataannya itu sebagai sesuatu yang tidak bertanggung jawab.
Baca Juga: Ini 5 Sikap Kontroversial Donald Trump yang Kembali Dipilih Menjadi Presiden Amerika Serikat
Melansir Anadolu, Hamas menekankan bahwa mereka tidak akan mengizinkan negara manapun untuk menduduki tanah mereka, atau memaksakan adanya perwalian pada rakyat Palestina.
Untuk itu Hamas mendesak Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk segera bertemu dana membahas pernyataan berbahaya Trump.
Tak hanya itu, mereka juga meminta Liga Arab dan OKI untuk mengambil posisi tegas dan bersejarah untuk melindungi hak-hak nasional rakyat Palestina.
Sebelumnya, Izzat Al-Rishq, anggota biro politik gerakan Hamas mengatakan bahwa yang dikatakan oleh Trump sebagai sesuatu yang mengada-ada.
Dia mengatakan, pernyataan tersebut mencerminkan kebingungan dan ketidaktahuan yang mendalam tentang perjuangan Palestina dan kawasan secara keseluruhan.
"Gaza bukan hanya wilayah biasa bagi suatu negara untuk menentukan nasibnya, Gaza adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tanah Palestina," ujar Al-Rishq.
“Resolusi apa pun harus didasarkan pada penghentian pendudukan dan pemenuhan hak-hak nasional yang sah dari rakyat. Bukan pada logika kekuasaan, dominasi, atau pola pikir pedagang real estat," tegasnya.
Pemimpin Hamas itu menambahkan bahwa pernyataan Trump menunjukkan keberpihakan penuh AS terhadap pendudukan Israel dan agresi yang terus dilakukannya.
Beberapa hari terakhir ini ratusan ribu warga Palestina di bagian selatan Gaza sudah bergerak ke utara menuju rumah-rumah mereka.
Hal ini dilakukan setelah Israel mengizinkan mereka kembali sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.