BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Profesi petani mungkin bagi sebagian orang adalah pekerjaan yang tidak memberikan jaminan kehidupan bahkan kerap dikatakan ketinggalan zaman. Namun tidak dengan Abdul Rosid, 41 tahun, yang sepenuh hati menekuni profesi sebagai petani.
Warga Pondok Gede, Kota Bekasi tersebut tidak gengsi untuk mengolah tanah agar gembur dan bercocok tanam.
Berbekal ilmu pertanian yang diperolehnya selama duduk di bangku kuliah, pria yang akrab disapa Bang Rosid ini memilih menjadi petani. Bahkan berkat ketekunannya bercocok berbagai tanaman, Rosid berhasil meraih penghargaan dari Pemprov Jawa Barat sebagai Petani Milenial 2022.
Rosid terpilih sebagai petani milenial 2022 bersama tujuh petani lainnya yang mewakili Kota Bekasi.
“Tahun 2022 Pemprov Jawa Barat mempunyai program petani milenial dan kami mendaftar. Melalui penyaringan ketat, alhamdulillah kami terpilih menjadi wakil Kota Bekasi dan menang,” kata Rosid.
Baca Juga: Kisah Reno Badak, Dari Anak Petani Miskin Menjadi Raja Terminal Cicaheum Bandung
Rosid menceritakan apa yang diraihnya tersebut merupakan perjalanan panjang dari kegigihannya berpeluh keringat menggarap lahan pertanian.
“Saya sudah suka berkebun sejak SMK dengan memilih jurusan perkebunan. Di saat teman-teman saya yang lain memilih ke jurusan otomotif, bisnis, manajemen, dan teknik komputer,” ujar Rosid saat ditemui Poskota, Minggu, 12 Januari 2024.
Selepas SMK, Rosid melanjutkan pendidikan tingkat diploma dengan jurusan perkebunan. “Saya merasa ilmu perkebunan yang saya dapat di tingkat diploma belum cukup, kemudian saya melanjutkan pendidikan strata 1 (S1) di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan program studi Perkebunan dan Agribisnis pada 2010,” kata Rosid.
Pascalulus kuliah, ia pun mendapat kesempatan bekerja di perusahaan swasta asing di Banten yang bergerak di bidang perkebunan selama lima tahun.
Merasa ilmu perkebunan yang dimilikinya cukup, Rosid pun nekat pensiun dini untuk keluar dari perusahaan tersebut. Ia memilih untuk menjadi petani mandiri dan menggarap lahannya sendiri.
“Awalnya banyak orang yang mengingatkan saya untuk tidak mengambil keputusan ini. Keluar dari perusahaan dan memilih untuk menjadi petani seperti sekarang ini,” katanya.
Namun keyakinan Rosid ini tidak lepas dari pemikirannya bahwa sektor pertanian akan tetap menjadi lini usaha menjanjikan, selama produk pertanian yang dihasilkan berkualitas.
“Siapa yang hidup pasti membutuhkan makan. Untuk memenuhi makanan setiap yang hidup itu adalah sektor perkebunan dan pertanian. Tinggal bagaimana kita menyediakan makanannya yang berkualitas kan,” ucap Rosid.
Menggerakkan Potensi Wilayah
Gayung bersambut, impiannya menjadi petani pun terwujud. Setelah seorang teman memintanya untuk mengelola lahan seluas delapan hektar di Pondok Gede, Kota Bekasi, menjadi lahan produktif yang menghasilkan buah duku.
"Dari lahan seluas itu, saat panen bisa menghasilkan tiga kwintal buah duku dengan omzet sekiar Rp60 juta," kata Rosid.
Ia memilih menanam duku karena pohon tersebut paling cocok dengan cuaca di Bekasi yang notabene berhawa lebih panas. Rosid bisa panen sekali saja dalam setahun.
“Musim panas adalah momentum terbaik untuk menanam tumbuhan. Untuk menggerakkan potensi yang ada di Pondok Gede, kami memilih buah duku,” ujar Rosid.
Buah duku yang dihasilkan, kata Rosid, selanjutnya dibawa ke Pemkot Bekasi untuk dipilih menjadi salah satu potensi usaha perkebunan yang ada di kota tersebut.
“Alhamdulillah sekarang saya bersama 15 petani telah membentuk kelompok tani untuk memproduksi buah duku,” kata Rosid.
Keyakinannya terhadap sektor pertanian sebagai sebuah profesi pun bertambah. Pasalnya dengan keberhasilannya memproduksi buah duku berkualitas dan ilmu yang dimiliki, bisa memberikan jaminan materi untuk menghidupi keluarga.
“Sekarang pendapatan kami bukan hanya dari menjual duku, tapi bersama teman-teman kami membuka pelatihan bagaimana cara merawat atau mengembangkan produk pertanian yang berkualitas,” ujarnya.
Seperti pelatihan kepada ibu-ibu PKK. Program pelatihan ini meliputi cara bercocok tanam menggunakan metode urban farming, pemupukan biopori, pengemasan vertikal garden, dan tanaman hidroponik dengan memanfaatkan lahan terbatas.