POSKOTA.CO.ID – Untuk mendukung pembebasan Palestina, kini ada inovasi baru dari perusahaan cola sebagai pengganti dari merk cola yang terafiliasi Israel.
Cola Gaza menawarkan alternatif ‘bebas genosida’ bagi para peminumnya saat mereka memboikot merek-merek besar.
Bahkan, kaleng Cola Gaza tersebut terlihat dijual selama melakukan aksi protes nasional sebagai dukungan untuk Gaza pada 7 September 2024 di London, Inggris, Inggris Raya.
Melansir Al Jazeera, kaleng yang sama terlihat di Hiba Express, jaringan makanan cepat saji di Holborn, kawasan pusat kota London yang ramai dengan restoran, toko buku, dan pertokoan.
Di atas Hiba terdapat Palestine House, tempat berkumpul bertingkat bagi warga Palestina dan para pendukungnya, dibangun dengan gaya rumah tradisional Arab.
Osama Qashoo mengelola kedua tempat usaha di gedung enam lantai tersebut. Di beberapa meja terdapat kaleng soda berwarna merah ceri.
Kaleng itu dihiasi dengan garis-garis hitam, putih, dan hijau dari bendera Palestina dan karya seni Arab, dan dibatasi oleh pola dari keffiyeh.
Merk ‘Cola Gaza’ ditulis dalam kaligrafi Arab dalam aksara atau font yang mirip dengan merek cola yang populer.
Minuman yang Miliki Pesan dan Misi
Qashoo mengatakan, minuman yang terbuat dari bahan-bahan cola yang umum dan memiliki rasa manis dan asam yang mirip dengan Coca-Cola ini benar-benar berbeda dari formula yang digunakan Coke.
Dia tidak akan mengatakan bagaimana atau di mana resep itu berasal, tetapi dia akan menegaskan bahwa dia menciptakan Cola Gaza pada November 2023.
Osama Qashoo sebagai pembuat Cola Gaza, membagikan kaleng dan selebaran di daerah Holborn, London, Inggris Raya, sebagai bagian dari peluncuran terbatas minuman ini pada September 2024.
‘Rasa Kebebasan yang Sesungguhnya’
Nynke Brett yang tinggal di Hackney, London timur, menemukan Cola Gaza saat menghadiri acara budaya di Palestine House.
“Rasanya tidak bersoda seperti Coke. Lebih lembut, lebih enak di lidah. Rasanya lebih enak karena Anda mendukung Palestina,” katanya, melansir Al Jazeera.
Qashoo membuat Cola Gaza karena beberapa alasan. Tetapi yang pertama adalah memboikot perusahaan yang mendanai Israel serta mendukung genosida di Gaza.
“Alasan lainnya untuk menemukan rasa yang bebas dari rasa bersalah dan genosida. Rasa kebebasan yang sesungguhnya," tandasnya.
53 persen konsumen di Timur Tengah dan Afrika Utara memboikot produk dari merek tertentu selama agresi militer Israel kata George Shaw, seorang analis di GlobalData.
"Perusahaan-perusahaan yang memicu genosida ini, ketika Anda menyerang mereka di tempat yang paling penting, yaitu aliran pendapatan, itu pasti membuat banyak perbedaan,”
Coca-Cola yang mengoperasikan fasilitas di pemukiman industri Atarot Israel di Yerusalem Timur yang diduduki, menghadapi boikot baru mulai 7 Oktober tahun lalu.
Meskipun pembuatannya hanya memakan waktu satu tahun, Qashoo mengatakan bahwa menciptakan Cola Gaza merupakan tantangan.
"Cola Gaza adalah proses yang sangat sulit dan menyakitkan karena saya bukan ahli dalam industri minuman," kata Qashoo.
Selain itu, menemukan tempat untuk menyimpan dan menjual minuman tersebut, yang diproduksi di Polandia dan diimpor ke Inggris untuk menghemat uang, menjadi masalah.
“Jelas kami tidak dapat menjangkau pasar besar karena politik di baliknya,” kata Qashoo saat menceritakan perjuangannya.
Ia mulai dengan menyimpan Cola Gaza di tiga restorannya di London. Di mana sejak minuman itu diperkenalkan pada awal Agustus, 500.000 kaleng telah terjual.
Cola tersebut juga dijual oleh pengecer Muslim, dan dijual daring dengan enam bungkus dijual seharga 12 poundsterling Inggris (Rp239,583)
Qashoo mengatakan bahwa semua keuntungan dari minuman tersebut disumbangkan untuk membangun kembali bangsal bersalin Rumah Sakit al-Karama, di sebelah barat laut Kota Gaza.
Cola Gaza berada di antara merek-merek lain yang meningkatkan kesadaran tentang Palestina dan memboikot minuman cola terkenal yang beroperasi di Israel.
Qashoo sekarang sedang mengerjakan versi berikutnya dari Cola Gaza, yang lebih bersoda. Sementara itu, ia berharap setiap tegukan Cola Gaza mengingatkan orang-orang tentang penderitaan Palestina.
"Kita perlu mengingatkan generasi demi generasi tentang bencana mengerikan ini karena sedang terjadi dan telah terjadi selama 75 tahun," terangnya.
"Itu hanya perlu menjadi pengingat kecil yang lembut, seperti 'omong-omong, nikmati minumanmu, salam dari Palestina'," tutupnya.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.