POSKOTA.CO.ID - Harga bitcoin anjlok signifikan dalam 24 jam terakhir hingga 10 persen. Harga terakhir Bitcoin pada pukul 11.32 WIB, Senin, 5 Agustus 2024, menyentuh Rp873 juta sebagaimana dikutip dari Coinmarketcap.
Market cap Bitcoin juga turun 10 persen menjadi Rp17 ribu triliun. Namun dari sisi volume transaksi, bitcoin mengalami kenaikan hingga 91 persen menjadi Rp855 triliun dalam 24 jam terakhir.
Di tengah kejatuhan harga tersebut, riak bearish juga terjadi pada altcoin, yang mengakibatkan penurunan di bawah 3.000 dolar AS untuk Ethereum, jatuhnya koin meme, dan gelombang likuidasi di seluruh pasar.
Dalam kondisi demikian, apa faktor penyebab anjloknya harga Bitcoin beberapa hari belakangan?
1. Faktor FOMC dan Suku Bunga
Reli pemulihan sebelum pertemuan Badan Utama Fed untuk Kebijakan Moneter (FOMC) dan hasil data CPI Juli yang positif membentuk sentimen yang lebih luas.
Lebih jauh, tiga dana pensiun utama AS menyatakan berminat beli Bitcoin melalui ETF sehingga memperkuat sentimen tersebut.
Namun, pemotongan suku bunga yang telah lama diantisipasi tertunda dalam pertemuan FOMC. Kemungkinan keputusan berikutnya adalah pada September.
Karena itu, kegembiraan di pasar kripto mereda dengan cepat, yang mengakibatkan perubahan momentum menjadi bearish.
2. Gelombang Aksi Jual dalam ETF Bitcoin
Pada 2 Agustus 2024, arus masuk bersih harian yang besar berubah menjadi bearish setelah pertemuan FOMC. Total arus masuk bersih harian dari semua ETF Bitcoin Spot AS adalah minus 237 juta dolar AS.
Sedangkan arus keluar terbesar dicatat oleh dana FBTC Fidelity sebesar 104 juta dolar AS. Arus keluar penting lainnya adalah ARKB milik Ark sebesar 87 juta dolar AS dan GBTC milik Grayscale sebesar 45 juta dolar AS.
Sebaliknya, dana IBIT milik BlackRock di NASDAQ memiliki arus masuk bersih tertinggi sebesar 42 juta dolar. Dengan demikian, arus keluar besar-besaran membawa pergerakan dahsyat di pasar kripto.
3. Penjualan BTC oleh Kreditor Mt. Gox
Awal minggu ini, meskipun Mt. Gox mendistribusikan Bitcoin senilai miliaran kepada kreditornya, 40 persen di antaranya dikirim ke bursa. Dengan tekanan minimal pada BTC, harganya pun melonjak.
Namun, transfer 3 miliar dolar AS ke bursa dari 9 miliar dolar AS yang jatuh tempo, maka gelombang aksi jual dari distribusi dapat memicu pergerakan bearish di pasar kripto.
4. Penurunan Open Interest Bitcoin
Di tengah jatuhnya pasar, Open Interest Berjangka Bitcoin turun 5,17 persen dalam 24 jam terakhir. Lebih jauh, tingkat pendanaan tertimbang OI menurun lebih cepat dan turun menjadi 0,0085 persen.
Namun, di Binance, bursa terpusat terbesar, para trader teratas dalam pasangan BTC/USDT mengungkapkan rasio Long-to-short (Posisi) sebesar 1,8582.
Rasio ini berarti bahwa ada hampir 1,86 posisi long di antara para pedagang teratas untuk setiap posisi short. Oleh karena itu, Bitcoin dan pasar kripto kemungkinan akan segera pulih.
DISCLAIMER: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli bitcoin atau aset kripto lainnya. Bitcoin beserta aset kripto lainnya memiliki volatilitas tinggi sehingga dibutuhkan pemahaman yang dalam, sebelum membeli.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.