JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Baru-baru ini, media sosial digemparkan dengan sebuah video viral yang menunjukkan seorang penghuni kos yang diduga mengidap hoarding disorder memiliki kamar yang dipenuhi oleh tumpukan sampah.
Dalam video yang diunggah oleh akun TikTok bernama @siskavizar tersebut, terlihat seorang wanita yang diduga merupakan ibu kos sedang mencoba untuk menggerebek salah satu kamar milik penghuni kosannya.
Pada saat pintu kamar kosan tersebut dibuka, betapa terkejutnya pemilik kos-kosan tersebut saat melihat banyak sampah bekas botol minuman hingga kardus yang sudah tak terpakai memenuhi ruangan.
Dilansir dari keterangan unggahan video viral tersebut, penemuan kamar penuh sampah itu berawal dari bau tidak sedap yang tercium hingga keluar kamar kos.
Meskipun sang pemilik kos-kosan mengaku jika dirinya sangat syok dengan penemuan ratusan sampah yang berada di salah satu kamar kos miliknya, namun ia berusaha untuk tetap tenang lantaran lokasi kos yang berada di daerah perkampungan.
Akibat dari peristiwa tersebut, pemilik kos meminta penghuni kamar tersebut untuk membersihkan seluruh sampah yang ada di dalam ruangan itu sebelum ia meninggalkan kosan.
Berkat viralnya video penghuni kos yang menyimpan sampah dengan jumlah banyak di dalam kamar, banyak netizen yang berspekulasi jika anak kos tersebut diduga mengidap gangguan hoarding disorder.
Lantas, apa itu hoarding disorder? Dan faktor apakah yang membuat seseorang bisa mengalami hal tersebut? Temukan jawaban selengkapnya di bawah ini.
Apa itu Hoarding Disorder?
Dilansir dari laman Mayo Clinic, Selasa, 16 Juli 2024, Hoarding Disorder adalah kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan yang berkelanjutan untuk membuang atau melepaskan barang-barang karena keyakinan bahwa barang-barang tersebut penting untuk disimpan.
Orang yang mengalami gangguan ini mungkin merasa cemas atau tertekan saat memikirkan untuk membuang barang-barang tersebut. Secara perlahan, mereka mengumpulkan atau menyimpan sejumlah besar barang, tanpa mempertimbangkan nilai sebenarnya dari barang tersebut.
Gejala awal dari hoarding disorder sering kali mulai terlihat pada masa remaja hingga awal dewasa. Seseorang mungkin mulai mengumpulkan terlalu banyak barang, secara bertahap menumpuk barang-barang yang tidak digunakan di area rumah, dan mengalami kesulitan untuk membuang barang-barang tersebut.
Seiring dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk terus mengumpulkan barang-barang yang tidak pernah digunakan dan kesulitan menemukan tempat untuk menyimpannya juga meningkat.
Sementara itu, pada usia paruh baya, tingkat implusif untuk mengumpulkan barang-barang dapat menjadi sangat membebani karena gejalanya semakin memburuk dan sulit untuk diatasi.
Adapun faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan hoarding disorder adalah sebagai berikut:
- Menjalani kehidupan sendiri dan menghadapi rasa kesepian.
- Belum menikah.
- Mengalami masa kecil yang sulit, termasuk kekurangan materi atau hubungan yang buruk dengan anggota keluarga lainnya.
- Memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami gangguan menimbun barang.
- Dibesarkan di lingkungan rumah yang berantakan dan tidak pernah diajarkan untuk menyortir barang.
- Bagi individu yang mengalami gangguan menimbun barang, usaha untuk membuang barang sering kali memicu reaksi emosional yang kuat.
Lalu, apa penyebab dari gangguan hoarding disorder yang mengakibatkan orang-orang yang mengalaminya sangat terobsesi untuk mengumpulkan barang-barang di dalam ruangan?
Menurut Mayo Clinic, penyebab gangguan untuk menimbun barang belum sepenuhnya diketahui dengan pasti. Faktor genetik, fungsi otak, dan peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres sedang diteliti sebagai kemungkinan penyebabnya.
Karena penyebab gangguan menimbun barang belum banyak diketahui, tidak ada cara pasti untuk mencegahnya. Namun, seperti kondisi kesehatan mental lainnya, mendapatkan perawatan saat tanda-tanda awal muncul dapat membantu mencegah gangguan ini menjadi lebih parah.