Ilustrasi Obrolan Warteg. (Poskota/Yudhi Himawan)

Sental-Sentil

Obrolan Warteg: Beralih ke Transportasi Umum

Senin 27 Mei 2024, 05:10 WIB

BEREDAR kabar kualitas udara di Jakarta pada Minggu (26/4/2024) masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

Berdasarkan situs pemantau kualitas udara (IQAir), pada pukul 06.17 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/ AQI) di Jakarta berada di angka 189 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan materi partikulat (PM2,5) di angka 110 mikrogram per meter kubik atau 22 kali di atas panduan aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Itu berita yang beredar. Aku gak paham soal istilahnya, intinya kualitas udara Jakarta saat itu tidak sehat,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

“Disebut tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan sensistif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan atau pun nilai estetika,” tambah Yudi.

“Berarti itu bagi kelompok sensitif dapat berpengaruh, bagi yang tidak, bagaimana?,” tanya Heri

“Meski tidak berpengaruh buruk, tetapi mencegah dan menjaga akan lebih baik,” kata Yudi.

“Menjaga dan mencegah harus dilakukan bersama – sama karena udara menjadi  buruk karena ada faktor penyebabnya, bukan datang dengan tiba-tiba,” kata mas Bro.

“Iya banyak faktor penyebabnya, di antaranya akibat banyaknya jumlah kendaraan bermotor  yang beroperasi di Jakarta, belum lagi ketika terjadi kemacetan panjang. Debu jalanan, polusi industri dan masih banyak lagi,” kata Heri.

“Dipindahkannya ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara, Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, satu di antaranya kemacetan lalu lintas berikut dampaknya,” kata mas Bro.

“Meski ibu kota negara sudah pindah ke IKN, mengatasi polusi udara Jakarta harus berlanjut, apalagi nantinya akan menjadi Kota Global,” kata Heri.

“Itu tanggung jawab bersama. Bukan hanya Pemprov Jakarta, tak hanya warga Jakarta, juga Bodetabek, di antaranya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi ketika mobilitas di Jakarta. Mari beralih ke transportasi umum, ” ajak mas Bro.

“Setuju Bro. Transportasi umum  di Jakarta, sudah cukup nyaman,” kata Heri. (Joko Lestari).

Tags:
Obrolan Wartegtransfortasi umumJakarta

Administrator

Reporter

Aminudin AS

Editor