DALAM beberapa hari terakhir nama Anies Baswedan kembali menjadi perbincangan publik, menyusul dukungan sejumlah parpol dan relawan untuk maju kembali dalam pilgub Jakarta.
Nasdem, partai yang pertama kali membuka peluang bagi Anies sebagai cagub pada pilkada Jakarta yang akan digelar 27 November 2024. Menyusul kemudian DPW PKS Jakarta.
Nasdem dan PKS, dua parpol yang tergabung dalam Koalisi Perubahan bersama PKB mengusung pasangan Anies-Muhaimin Iskandar pada pilpres lalu. PKB sendiri hingga kini belum secara resmi mendukung pencalonan Anies, meski namanya masuk dalam radar PKB dalam pilkada Jakarta.
Meski mendapat sejumlah dukungan, Anies belum menentukan sikap. Masih mempertimbangkan secara serius kembali maju pada Pilkada Jakarta atau tidak.
“Kalau Anies maju, perhelatan pilkada di Jakarta bakal semakin seru,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Berarti nggak salah dong kalau dalam obrolan di kolom ini (16 Mei 2024) pernah kita katakan, Jakarta menjadi magnet pilkada. Alasannya, meski tak lagi ibu kota negara, Jakarta sebagai Kota Global akan tetap menjadi barometer tak hanya di Indonesia, juga dunia,” kata Yudi.
“Sebagai daerah khusus, Jakarta perlu tokoh mumpuni, butuh orang-orang hebat untuk membawa Jakarta sejajar dengan kota-kota besar dunia. Cukup beralasan jika kandidat cagub Jakarta mendapat perhatian publik,” kata mas Bro.
“Termasuk jika Anies kembali maju pilkada,” kata Heri.
“Betul. Lawannya harus sebanding karena Anies telah memiliki cukup modal, elektabilitas dan popularitas yang telah teruji pada pilpres lalu,” kata Yudi.
“Tapi ada yang berpendapat jika Anies nyagub, berarti turun tahta karena sebelumnya menjadi capres. Ada juga yang mengatakan karir politiknya akan habis,” urai Heri.
“Turun tahta, nggak apa untuk sementara. Periode berikutnya kembali naik tahta. Ibarat lari, mundur selangkah untuk ancang - ancang lari kencang,” ujar Yudi.