Sental-Sentil

Obrolan Warteg: Semangat Kerukunan

Selasa 02 Jan 2024, 06:36 WIB

Tahun 2023 telah lewat, bukan milik kita lagi. Kini sudah memasuki 2024, sebagai tahun puncak politik, di mana negeri kita menggelar hajat besar, yakni pemilu legislatif, pemilihan presiden – wapres dan berlanjut ke pilkada.

Kerukunan dan kebersamaan harus semakin ditingkatkan, mengingat polarisasi tidak bisa dihindarkan karena adanya beda pilihan dan dukungan politik.

“Sayangnya menciptakan kebersamaan dan kerukunan tidak semudah seperti dikatakan, ibaratnya tidak semudah seperti membalik telapak tangan,” kata Heri mengawali obrolan warteg di awal tahun baru ini bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

Obrolan kelas rakyat ini dilakukan usai maksi di warteg “Ayu Bahari” warteg langganan mereka sehari – hari.

“Bicara kerukunan kadang cuma omdo, tanpa tindak lanjut. Hanya di bibir saja, tetapi jauh dari fakta,” tambah Yudi.

“Inilah perlunya hadirnya para tokoh, para pemimpin di level manapun, baik pemimpin formal maupun non formal untuk memberi keteladanan, ” kata mas Bro.

“Berarti termasuk ketua RT/RW, ketua paguyuban (komunitas), tokoh masyarakat, tokoh agama di lingkungan masing – masing,” kata Heri.

“Itulah yang disebut pemimpin non formal. Malah peran pemimpin non formal sangatlah dibutuhkan untuk membangun kerukunan umat, masyarakat,” kata Yudi.

“Membangun kerukunan harus dimulai dari lingkup terkecil, di lingkungan RT, RW. Jika lingkungan masing – masing sudah rukun, maka kampung kita menjadi rukun. Jika setiap kampung sudah rukun, maka seluruh negeri tercipta kerukunan,” tambah mas Bro.

“Kalau di kampung saya, kerukunan tidak perlu diragukan. Malah terbangun toleransi, saling peduli sesama tetangga,” ujar Heri.

“Wah hebat dong. Contohnya seperti apa?,” tanya Yudi.

“Pada malam tahun baru kemarin misalnya, saya dikirimi ikan dan jagung bakar oleh tetangga yang bikin acara bakar ikan, ayam, jagung. Itu namanya bentuk kebersamaan dan kepedulian,” kata Heri.

“Kalau di lingkungan terkecil, bisa melakukan hidup dengan penuh kerukunan dan toleransi, mestinya para elite lebih dari yang kita lakukan,” ujar Yudi.

“Iya, mestinya para elite menjadi teladan kerukunan. Bukan bicara toleransi, tetapi ucapan dan perbuatannya malah mengusik toleransi. Bicara menghargai perbedaan, tetapi kadang bersikap memaksakan kehendak. Semoga di tahun 2024, tidak ada lagi yang seperti ini,” harap mas Bro, harapan kita juga. (joko lestari)
 

Tags:
kerukunanObrolan Warteg

Administrator

Reporter

Fernando Toga

Editor