Petani di Desa Pabuaran, Bogor meratapi sawah yang kering saat musing kemarau. (Panca)

Bogor

Kemarau Panjang di 'Kota Hujan': Gagal Panen, Petani Terpaksa Nganggur

Selasa 26 Sep 2023, 09:56 WIB

BOGOR, POSKOTA.CO.ID - Kemarau panjang dan dampak El Nino, berdampak pada setiap sendi masyarakat. 

Tak hanya kebutuhan primer seperti cuci, mandi dan kakus yang terganggu, namun juga kekeringan dan krisis air bersih ini melanda sektor perekonomian warga di Kabupaten Bogor, hal ini ditandai dengan gagal panennya sawah-sawah milik warga.

Musim kemarau di Kabupaten Bogor telah terjadi sejak 4 bulan lalu, atau tepatnya sejak bulan Mei. Awalnya, kekeringan ini hanya berdampak pada kebutuhan primer seperti mandi, cuci dan kakus.

Namun, 2 bulan terakhir, krisis air bersih serta kekeringan ini pun berdampak kepada sektor ekonomi, yaitu di sektor pertanian. Tidak sedikit pula petani di Kabupaten Bogor yang mengalami gagal panen atau Puso.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Subur Tani Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor Otoh Suhendar menyebut, di kelompoknya ada sekitar 7,5 hektare lahan persawahan yang mengalami gagal panen. 

Gagal panen ini terjadi, disebabkan oleh beberapa faktor, dengan faktor utama tidak adanya sumber air yang bisa mengairi persawahan. Namun selain itu adapula sedikit faktor dari serangan hawa yang menyebabkan sawah-sawah ini mengalami gagal panen. Keringnya persawahan di Desa Pabuaran ini, lantaran sumber air utama tengah mengalami kekeringan pula. 

"Kalau panen per Hektare 5 ton, terakhir panen Juni," kata Otoh, Senin (25/9/2023).

Poktan Suburtani sendiri beranggotakan 40 orang petani, dengan luas keseluruhan persawahan mencapai 26,5 hektare.

Pada hamparan persawahan pertama dengan luas mencapai 10,5 hektare, sedikitnya ada 7,5 hektare sawah milik petani di Desa Pabuaran yang mengalami gagal panen.

Selama musim gagal panen ini, kata Otoh, para petani di Desa Pabuaran, Kabupaten Bogor ini pun kebingungan untuk mencari aktivitas lain yang bisa menghasilkan uang.

"Ya nganggur aja. Mau berkebun juga nggak numbuh. Paling di sawah di pematang aja. Mau mancing juga kering kalinya," ucap Otoh.

Di lokasi yang sama, seorang petani bernama Acep (40) mengaku selama kemarau ini, ia sama sekali tak memiliki aktivitas yang produktif. 

"Kalau lagi kering gini nggak ngapa-ngapain, nggak ke sawah sama sekali. Nggak jualan, nggak ngapa-ngapain. Nunggu hujan saja," paparnya. 

Ia pun menunjukan salah satu padi yang telah berusia 3 bulan dan diagendakan akan panen pada bulan Oktober. Namun sayang, padi-padi yang telah berusia ini tak dapat dipanen karena mengalami fuso.

"Ini kekeringan terparah. Kalau nggak salah sekitar 10 tahun sekali," singkatnya.

Masih dengan petani Desa Pabuaran, Sodik (62) seorang petani yang sudah menggeluti bidang pertanian ini sejak 2004 lalu pesimis dengan padi-padi yang telah berumur 3 bulan bisa dipanen di Oktober mendatang.

"Ini kan sudah tumbuh padinya. Harusnya bisa dipanen bulan depan. Kalau gini nggak bisa panen, sudah mati," ucap pria ini.

Selama musim kemarau ini, Sodik melakukan aktivitas di persawahan hanya sekedar melakukan pengecekan di pematang sawah.

Ia pun mengaku bingung dalam menyambut musim tanam mendatang, hal ini lantaran minimnya modal yang ia miliki.

"Bingung modal menanamnya lagi. Buat traktor sama buat ambil benih atau bibit padinya. Biasanya buat 2 Hektare itu 6 karung (1 karung 5 kilogram, jadinya 30 kilogram). Cuma sekarang kan gagal (panen)," singkatnya. 

*Upaya Pemerintah Dalam Penanganan Gagal Panen di Bogor*

Sepanjang periode tanam Juli-Oktober 2023 ini, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor mencatat, sedikitnya ada sekitar 600 hektare sawah di wilayah administrasinya yang terdampak kekeringan. 

Kabid Perlindungan dan Pelayanan Usaha Distanhorbun Kabupaten Bogor, Judi Rahmat menyebut, 600 hektare sawah yang terdampak kekeringan ini tersebar di 24 Kecamatan. 

"Itu terbagi kepada katagori ringan, sedang, berat dan terakhir yang gagal tumbuh. Jadi udah ga bisa tumbuh lagilah (yang gagal),"urainya.

Tercatat, ada sekitar 230 hektare lahan persawahan di Kabupaten Bogor yang mengalami gagal panen. "Sisanya kita berharap tidak naik status yang masih ringan tidak menjadi sedang dan seterusnya, berharap juga hujan. Jadi kalau hujan insya Allah yang ringan dan sedang itu ada peluang untuk tumbuh kembali gitu," tambahnya. 

Judi menyebut, dengan gagal panennya pada di ratusan hektare sawah warga tersebut, maka berkurang juga kontribusi pemenuhan kebutuhan padi di Kabupaten Bogor. 

Dalam kondisi normal, kata Judi, areal persawahan di Bumi Tegar Beriman ini mampu mencukupi 40 persen kebutuhan warga Kabupaten Bogor.

Jika dihitung dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor yaitu 5,6 juta jiwa, produksi beras yang ada hanya mampu mencukupi kebutuhan 2 juta jiwa. 

"Sisanya kebetulan kita deket dengan jakarta yang pusatnya pasar beras dimana-mana, jadi dipasok ada yang dari Cianjur, Karawang, dan dari mana-mana," urainya.

Bagi petani yang gagal panen, kaya Judi, pemerintah pusat dan daerah memberikan bantuan kepada para petani dengan cara asuransi. Asuransi ini diberikan Pemerintah dengan jumlah Rp. 6 juta untuk setiap satu hektare sawah yang mengalami gagal panen. 

Saat ini, Pemerintah Kabupaten Bogor pun tengah melakukan proses klaim asuransi untuk para petani yang sawahnya mengalami gagal panen. Tercatat sedikitnya ada 230 hektare sawah yang mengalami fuso. (Panca Aji)

Tags:
kekeringanKemarau

Reporter

Administrator

Editor