“Apa pun menunya, makan tetap di warteg,” ujar Heri mengawali obrolan warteg, usai maksi bersama sohibnya mas Bro dan Yudi, di warteg Ayu Bahari.
“Alasannya, karena boleh ngutang kan?” tanya Yudi.
“Bukan soal ngutang, tetapi menunya komplit, harganya tidak menggigit,” jawab Heri.
“Jadi ingat sikap politik Partai Amanat Nasional (PAN) soal cawapres,” sela mas Bro.
“Apa sikapnya Bro?,” tanya Heri.
“PAN akan tetap mengusung Erick Thohir sebagai cawapres, dengan siapa pun koalisinya. Siapa pun capresnya, apakah Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo,” urai mas Bro.
“Oh gitu, jadi PAN akan berkoalisi dengan PDIP, jika Erick menjadi cawapresnya Ganjar. Bergabung dengan Gerindra, jika Erick jadi pendamping Prabowo,” kata Yudi.
“Bagaimana kalau Erick menjadi cawapresnya Anies Baswedan?” tanya Heri.
“Wah, prediksi kami belum sampai ke sana. Mengingat PAN hanya mendukung Ganjar atau Prabowo sebagai capres,” kata mas Bro.
“Tapi kalau Erick menjadi harga mati bagi cawapres PAN, ya logikanya akan bergabung ke Koalisi Perubahan, jika menjadi cawapres Anies” ujar Yudi.
“Itu bicara logika, tetapi kadang politik itu bisa menyimpang dari logika, dengan alasan demi kemajuan bangsa, demi rakyat,” urai mas Bro.
“Sepertinya upaya masih terus dilakukan petinggi PAN dengan mengusung Erick Thohir yang kini menjadi Menteri BUMN sebagai cawapres,” kata Yudi.
“Ketika bertemu Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri, Ketum PAN, Zulkifli Hasan juga menyodorkan Erick sebagai cawapresnya Ganjar, tapi belum deal. Kini akan bertemu Ketum Gerindra, Prabowo Subianto,” kata mas Bro.
“Kalau PDIP dan Gerindra menolak? “ tanya Yudi.
“Gampang, bikin poros sendiri asalkan cawapresnya idaman hati,” ujar mas Bro. (jokles)