“Selamat lebaran Bro, mohon maaf lahir batin atas segala salah dan khilaf,” kata Heri ketika ketemu kedua sohibnya, mas Bro dan Yudi, di warteg langganan.
“Lah kalian baru berlebaran?,” tanya Ayu Bahari, pemilik warteg.
“Iya, kita kan masing – masing habis mudik,” jawab Heri.
“Kami juga minta maaf Yu, banyak salah dan khilaf. Kadang bikin heboh di warteg ini,” kata mas Bro.
“Sama – sama mas, saya juga meminta maaf karena banyak kekurangan dalam melayani mas- mas sebagai pelanggan setia kami,” ujar Ayu Bahari.
“Berarti sekarang sudah nol –nol ya Yu, sudah saling memaafkan” sela Yudi.
“Tapi utang tetap utang, tidak ikut nol,” kata Heri menimpali.
“Nggak segitunya juga mas, baru lebaran nggak usah ngomongin utang,” sela Ayu.
“Betul, utang nggak perlu diomongin, tapi dilunasin,” tambah Yudi.
“Nggak usah nyindir. Utang itu tantangan, negara saja punya utang. Untuk membangun sebagian dana bersumber dari utang,” kata mas Bro.
“Beda Bro, negara punya aset, punya kekayaan berlimpah,punya SDM berkualitas tidak perlu khawatir untuk melunasi utang. Lah kita ini, punya apa, untuk mudik kemarin saja masih ngutang,” kata Yudi.
“Tapi kalau negara lain meminta APBN kita dijadikan jaminan membayar utang proyek Kereta Api Cepat Jakarta - Bandung. Apa ini bukan bentuk keraguan dari negara tersebut ?” kata mas Bro.
“Bisa ragu, bisa juga ingin utang cepat lunas atau mungkin ada alasan tersendiri sehingga APBN diminta menjadi agunan,” ujar Yudi.
“Iya, tapi kita harus punya harga diri. Jangan mau ditekan negara lain. Seumpama kita, apa mau kalau gaji kita ini dijadikan agunan untuk membayar utang di warteg ini,” kata mas Bro.
“Ogah..,” kata Heri. (jokles)