ADVERTISEMENT

Janji vs konsistensi

Kamis, 2 Februari 2023 09:40 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Demokrasi yang katanya untuk rakyat, oleh rakyat, dan perjuangannya demi rakyat, tetapi setelah dipilih rakyat, tidak jelas bagian mana yang untuk rakyat. Sebab, semua kebijakan lebih tertuju kepada kepentingan kerabat dan sejawat.

Pejabat yang demikian bagaikan kacang lupa akan kulitnya. Hendaknya patut mengingat diri bahwa mereka terpilih menjadi pejabat karena dipilih rakyat.  

Karena itu menjadi ironis, jika setelah menjabat melupakan kepentingan rakyat. Jika itu terjadi, maka menjadi realitas yang tak dapat dipungkiri bahwa janji politik hanya pemanis bibir belaka. Bagaikan umpan di kail, setelah dapat ikan, dilempar begitu saja seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom "Kopi Pagi" di media ini.

Padahal menepati janji tidak hanya akan meningkatkan kadar kepercayaan, tapi juga dapat melanggengkan kekuasaan atas kehendak rakyat. Politisi yang tidak menepati janji jangan harap dapat terpilih lagi pada periode mendatang.

Jangan menganggap dan menjadikan janji hanya menuntut tanggungjawab moral, tetapi memenuhi janji adalah sebuah kewajiban. Siapa pun hendaknya memiliki kesadaran diri bahwa tidak memenuhi janji adalah pengkhianatan terhadap diri sendiri.

Janji menuntut konsistensi atas kesadaran diri sendiri untuk memenuhi, bisa disebut "politik janji". Tanpa konsistensi, janji tinggalah janji, tanpa kehendak untuk memenuhi. 

Mengapa? Jawabnya karena sesungguhnya yang tahu persis mengapa seseorang tidak bisa atau enggan menepati janji adalah diri sendiri. Bukan orang lain.

Padahal janji adalah utang yang harus dibayar. Karenanya disarankan agar “lebih baik berusaha untuk tidak berjanji daripada berusaha mencari-cari alasan agar janji bisa tidak dipenuhi.”

Pesan lain, “Jauh lebih baik tidak menjanjikan apapun, tapi mencoba sekuat daya untuk memberikan segalanya yang terbaik."

Patut diingat pula “janji” saja wajib dipenuhi, apalagi  “ikrar” dan “pejabat” yang sudah bersumpah dengan menyebut nama Allah. Bukankah, kewajiban untuk menepatinya lebih tinggi ketimbang mereka yang "sekadar" mengucapkan janji. 

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Deny Zainuddin
Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT