JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kusta merupakan penyakit yang masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia.
Jika orang dengan kusta tidak segera diobati dan luka yang ditimbulkan tidak ditangani maka berisiko menimbulkan disabilitas. Padahal penyakit ini bisa disembuhkan.
Ini mengakibatkan kualitas hidup berpotensi menurun. Ditambah beban stigma tentang kusta masih melekat di masyarakat.
Pada 2017 angka disabilitas kusta masih cukup tinggi. Yakni 6,6 per 1 juta penduduk. Sementara pemerintah menetapkan target angka disabilitas kusta kurang dari satu per satu juta penduduk.
Tingginya angka disabilitas kusta ini menunjukkan keterlambatan penanganan dan penemuan kasus kusta.
Dokter Sri Linuwih Susetyo Wardani menjelaskan keterkaitan antara kusta dengan deformitas.
Dia menyebutkan hal ini terjadi akibat penyakit ini tidak disadari karena menimbulkan mati rasa.
“Ini akibat kuman kusta yang menyerang saraf. Maka sering kali kalau ada luka tidak terasa, tidak sakit, jadi dibiarkan saja. Tidak sakit mengapa berobat? Pada umumnya begitu,” ungkap Ketua Kelompok Studi Morbus Hansen Kusta Indonesia Perdoski ini seperti dikutip dari Youtube KBR dalam program yang dipersembahkan NLR Indonesia, lembaga yang konsern pada isu kusta dan lingkungan yang inklusif bagi penyandang disabilitas.
Sri Linuwih Susetyo Wardani melanjutkan,“Nanti ini akan berlanjut terus hingga menyebabkan kerusakan jaringan yang lain. Termasuk tulang sehingga menjadi kelainan anatomi.”
“Tetapi bisa juga ke kelumpuhan. Ototnya, motoriknya lumpuh sehingga bisa lumpuh layu atau lumpuh kaku. Inilah yang menyebabkan terjadinya gangguan. Jadi kalau kuman ini menyerang pada sarafnya setelah itu baru bagian tubuh yang lain termasuk kulit,” tambahnya.
Dampak mati rasa ini membuat menjadi abai sehingga tidak berupaya mencari pengobatan sehingga kalau terus berlanjut akan berujung menimbulkan deformitas.
Dokter Sri Linuwih Susetyo Wardani memaparkan gejala awal seseorang terkena kusta. Seperti timbulnya bercak.
“Bisa putih. Bisa juga merah. Kemudian mati rasa. Ini gejala awal yang harus diwaspadai. Namun gejala awal ini harus dibuktikan bahwa ini kusta atau bukan kusta. Mengingat yang menyerupai bercak seperti itu banyak sekali.
Rentang tipe kusta ini luas sekali. Bercak pada gejala awal kusta bisa satu dan bisa banyak hingga ke seluruh tubuh.
“Ada yang bercaknya cuma satu dan mati rasa misalnya di punggung atau di lengan. Ada juga yang mati rasanya tidak terlalu dominan tetapi kelainannya sudah menyeluruh. Ini biasanya pada tipe yang lebih berat, kumannya banyak, daya tahan tubuh pasiennya juga tidak terlalu baik.“
Kuman kusta masuk ke tubuh sehingga menimbulkan kelainan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Ini berefek sulit diprediksi dan sulit dicari karena kelainannya tidak spesifik. “Rata-rata itu sekitar 3 hingga 5 tahun. Tetapi bisa lebih dari itu.”
Karena itu dokter Sri Linuwih Susetyo Wardani menyarankan kalau ada bercak yang mencurigakan tidak ada rasa gatal, tidak ada rasa perih, mati rasa, maka segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat sampai terbukti itu bukan kusta.
“Begitu ada bercak putih atau merah tidak terasa apa-apa, mati rasa, tidak gatal, tidak sakit, tidak sembuh dengan pengobatan yang mungkin diupayakan seperti obat jamur atau obat untuk eksim maka itu harus diwapadai,” pungkasnya. ***