QATAR - Rasa pedih masih menggelayut di benak para pemain Swiss usai kalah dari Brasil. Namun, usai kalah ini, Swiss harus menyiapkan diri untuk laga yang berbau politik seperti kejadian empat tahun lalu di Rusia, yakni melawan Serbia.
Laga Swiss berikutnya itu, yakni melawan Serbia, seakan membuat pertandingan ulang Piala Dunia, dan ini semakin menarik, karena lebih banyak lagi yang dipertaruhkan.
Sejak jadwal pertandingan dibuat pada April lalu, pertandingan Grup G antara Swiss dan Serbia menjadi salah satu yang harus diwaspadai. Bukan hanya karena pemain berbakat di kedua tim, tapi karena ketegangan politik yang mereka bawa di lapangan saat bertemu di Piala Dunia lalu,di Rusia.
Empat tahun lalu di Rusia, kapten Swiss Granit Xhaka merayakan golnya melawan Serbia dengan membuat elang berkepala dua dengan tangannya, yakni ibu jari mewakili kepala dua elang, jari-jari mengipasi agar terlihat seperti bulu. Sosok tersebut dianggap sebagai simbol nasionalis Albania, negera yang bersitegang dengan Serbia.
Xherdan Shaqiri menambah satu gol lagi di menit terakhir pertandingan, dan melakukan hal yang sama dengan tangannya saat Swiss menang 2-1 di pertandingan kedua dari tiga pertandingan grup.
Xhaka dan Shaqiri sama-sama memiliki warisan etnis Albania dan ikatan keluarga dengan Kosovo. Mereka adalah remaja yang tumbuh di Swiss ketika Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia, sesuatu yang masih belum diakui oleh orang Serbia 14 tahun kemudian.
Kedua pemain didenda oleh FIFA selama turnamen, dan pemerintah Albania membuka rekening bank bagi orang-orang untuk berkontribusi membayar denda 10.000 franc Swiss ($ 10.500).
Yang lebih menambah pertandingan menarik, karena tiket di grup ini tinggal satu, karena satu tiket lain sudah diperoleh oleh Brasil yang dua kali menang, yakni saat melawan Serbia dan Swiss.
Jadi, pada hari Jumat, hanya satu dari dua tim yang dapat melaju ke babak 16 besar di Qatar. Brasil, yang mengalahkan Swiss 1-0 pada Senin dan mengalahkan Serbia 2-0 Kamis lalu, telah memastikan satu tempat di babak sistem gugur.
Swiss kemungkinan hanya membutuhkan hasil imbang di Stadium 974, dan Shaqiri harus tersedia untuk bermain setelah absen dalam pertandingan melawan Brasil karena cedera otot.
Xhaka, kini berusia 30 tahun dan pemimpin yang matang untuk negaranya, menepis pertandingan kontroversial empat tahun lalu.
“(Tidak) ada dalam sejarah di balik dua pertandingan ini,” kata gelandang Arsenal itu. “Kami adalah Swiss, mereka adalah Serbia, itu saja. Kami di sini untuk bermain sepak bola, mereka juga, kami juga.”
Meski begitu, delegasi Serbia di Piala Dunia tahun ini telah mempersoalkan politik Kosovo.
Ketegangan politik lain, muncul dari ruang ganti dan sedang diselidiki FIFA. Di ruang ganti Serbia menjelang pertandingan pembukaan mereka melawan Brasil ada memampang bendera nasional dengan wilayah yang termasuk Kosovo dan slogan "No Surrender." FIFA membuka kasus disiplin terhadap federasi sepak bola Serbia pada hari Sabtu.
Federasi Sepak Bola Kosovo secara resmi mengadu ke FIFA setelah sebuah foto beredar dan menteri olahraga negara itu, Hajjrulla Ceku, menggambarkan gambar tersebut menggunakan Piala Dunia untuk mempromosikan "pesan kebencian, xenofobia, dan genosida."
Swiss melaju ke babak 16 besar pada Piala Dunia 2018 setelah bermain imbang dengan Kosta Rika di pertandingan grup terakhir mereka, sedangkan Serbia tersingkir setelah kalah dari Brasil. Kali ini, kedua tim saling berhadapan dalam pertandingan grup terakhir mereka.
“Tentu saja sejarah adalah sejarah,” kata penjaga gawang Swiss Yann Sommer, yang juga bermain melawan Serbia empat tahun lalu di Kaliningrad. “Tetapi pada saat ini, pertandinganlah yang penting.
“Kami sudah tahu game ini. Kami memilikinya di Rusia," tandas Sommer. (win)
(Sumber: Arabnews)