YOGYAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Keberadaan kelompok suporter pada sejumlah klub sepak bola Indonesia tak lepas dari fenomena fanatisme.
Fanatisme pada para suporter sepak bola benar-benar terjadi hari ini.
Filosa Gita Sukmono sering mendampingi mahasiswa melakukan riset terkait suporter dalam lima tahun terakhir.
Dalam proses inilah dia turut merasakan kerinduan, fanatisme, dan gairah yang muncul ketika pertandingan akan dimulai.
“Saya pikir bisa dikatakan apa yang terjadi seperti di Inggris. Sepak bola sebagai agama kedua dari suporter bola. Ada nilai-nilai magis yang tidak bisa kita jelaskan ketika bicara fanastime dalam sepak bola,” kata Pengajar Ilmu Komunikasi ini seperti dikutip dari VOA bulan ini.
Dia menjelaskan posisi sepak bola yang istimewa. Masyarakat begitu besar mendukung tim sepak bola meskipun prestasinya belum maksimal.
Sepak bola di kancah internasional kalah jauh dengan cabang olahraga bulutangkis jika bicara mengenai prestasi. Namun puluhan ribu orang di berbagai kota rajin datang ke stadion setiap kali pertandingan digelar.
Ini berbanding terbalik dengan tribun penonton yang sepi dalam ajang olahraga lain.
Kepala Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta ini menyebutkan kebanggaan dan fanatisme klub memiliki pengaruh. Hal ini pula yang mendorong orang mau membeli tiket, kaos jersey asli yang mahal, dan pernak-pernik klub sebagai penguat identitas.
Suporter dalam posisi seperti ini sebenarnya memiliki peran penting bagi klub. Sayangnya baru sedikit klub yang mengelola suporternya dengan baik dan menjadikan mereka sebagai bagian dari upaya mengembangkan klub. Padahal potensinya luar biasa.
“Saya sering datang ke distro yang menjual jersey asli klub. Ketika membeli, di situ disertakan ucapan terima kasih karena sudah mendukung klub, sebagai bentuk penghargaan. Tetapi belum banyak yang melakukan itu,” ujar Filosa Gita Sukmono.
Suporter di banyak klub masih diposisikan sekadar sebagai pembeli tiket yang meramaikan stadion.
Mereka belum memiliki kesempatan bersama manajemen untuk membesarkan klub yang didukungnya. Padahal basis suporter yang jelas sebenarnya bisa dimanfaatkan klub. Misalnya untuk menggaet sponsor.
“Ketika suporter menjadi bagian dari industri sepak bola, suporter punya nilai tawar dengan klub. Dia menjadi bagian dari bagaimana perkembangan klub itu,” ucapnya.
“Sedangkan sampai hari ini, dari perspektif keilmuan, suporter hanya menjadi komoditi. Masih dijadikan sebagai pemasukan dari klub saja,” pungkas Filosa Gita Sukmono. ***