ADVERTISEMENT
Selasa, 4 Oktober 2022 20:24 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pegiat media sosial dan akademisi Ade Armando turut berkomentar soal Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022).
Diketahui Tragedi Kanjuruhan terjadi pada laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Malam derby Jawa Timur itu berakhir kelam usai pecah kerusuhan yang menewaskan ratusan korban.
Ade Armando menyoroti soal penembakan gas air mata di Tragedi Kanjuruhan yang diduga menjadi penyebab banyaknya korban. Ia juga mempertanyakan mengapa masyarakat dan media terkesan menyalahkan polisi atas peristiwa tersebut.
Ade Armando mengklaim tidak melihat apa yang dimaksud tindakan represif, pelanggaran HAM, dan ketidakprofesionalan anggota Polri di lapangan.
“Apakah polisi memukuli suporter, menganiaya, menembaki para pendukung Arema? Saya rasa tidak,” kata Ade Armando, dikutip dari kanal YouTube Cokro TV pada Selasa (4/10/2022).
Lantas terkait aturan FIFA yang melarang penembakan gas air mata untuk membubarkan massa suporter sepak bola, Ade Armando menyebut Polri bukan bagian dari FIFA. Menurutnya penembakan gas air mata itu sudah sesuai dengan prosedur.
“Sebagian pihak mengatakan bahwa FIFA jelas melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion. Pertanyaannya, apakah polisi Indonesia berada di bawah FIFA,” kata dia.
“Ketika polisi menggunakan gas air mata itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT