JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Adanya rekomendasi dari Komnas HAM kepada Polri untuk mengusut kasus pelecehan seksual dan Komnas Perempuan yang menyatakan akan membela Hak Perempuan Putri Candrawathi diduga tak lepas dari skenario awal yang dibuat Ferdy Sambo dan kelompoknya.
"Orang-orang yang menyidik ini kan anak buah Ferdy Sambo semua. Tetapi yang dipertanyakan ini, apakah kita akan menerapkan equality before the law atau kita akan melecehkannya?" ujar mantan presenter Irma Hutabarat dalam sebuah rekaman video yang diunggah di media sosial TikTok pada Sabtu (3/3/2022).
Menurut Irma, pelecehan hukum ini sudah dimulai dari awal ketika ada skenario yang dibuat Fahmi Alamsyah, staf ahli komunikasi Kapolri dan Ferdy Sambo ketika memberi laporan palsu.
"Jadi sosok istri Ferdy Sambo ini sudah berbohong sejak awal. Ketika itu diSP3 kan gugur pelecehan seksual," kata Irma.
Maka, lanjut aktivis perempuan ini, sekarang Putri berpura-pura sebagai korban. Padahal, tegasnya, yang namanya korban itu tidak pernah menghilangkan barang bukti. Hanya pelaku yang menghilangkan barang bukti.
"Ini saja sudah mematahkan bahwa dia sebagai korban," ungkapnya.
Irma mengatakan apa yang dilakukan PC sebelumnya itu sama sekali tidak kooperatif, melecehkan sama sekali kesamaan di atas hukum.
"Ada cuti, nanti saya mau tanya kepada beliau ini apa ada tersangka dikasih cuti 7 hari, tambah lagi tujuh hari lalu sekarang di tahanan rumah?" ucap Irma.
Meski demikan, Irma tak mempermasalahkan itu. Tapi ia mengingatkan Kapolri yang sudah berjanji di depan DPR akan mengembalikan citra Polri.
"Saya jadi tanya, ini becanda apa nggak sih. Ketika seluruh mata melihat bahwa kasus ini adalah benar-benar menentukan citra kepolisian, tapi yang dilakukan sebaliknya," ujarnya.
Jadi, sambung Irma, ketika akan mengangkat citra dan mengembalikan kepercayaan masyarakat, justru yang dilakukan itu bertolak belakang.
"Kalau sekarang 28% kepercayaan masyarakat, ini bisa anjlok menjadi 10%. Kalau sudah anjlok 0, mau ngangkat dari mana?" sebut Irma.
Irma menduga ada rekayasa dan deal-deal di belakang layar.
"Gini loh, kita kan lihat sinteron. Kita kan lihat yang di depan layar. Yang di belakang layar itu prosesnya yang penting untuk diketahui oleh publik. Apa yang tersajikan adalah seorang ibu yang memiliki anak. Emang cuma dia (PC) yang punya anak kecil? Lalu dibandingkan dengan yang lain. Yang lain itu tidak pernah ada seorang nyonya jenderal dalam kasus pembunuhan berencana," paparnya.
Yang lain, menurut Irma yang disebutkan dalam beberapa hari terakhir ini (soal perempuan terjerat hukum namun tetap dibui) terkait kasus remeh temeh. Kasus narkotika.
"Hal-hal kecil yang remeh temeh yang tidak merugikan negara dan tidak membuat tatanan hukum itu menjadi runtuh," cetusnya.
Jadi, menurut Irma, tidak apple to apple dengan kasus pembunuhan berencana Sambo dan istrinya.
"Mau dibandingkan dengan Vanessa Angel atau Angelina Sondakh, mereka tidak membunuh kok, satu. Kedua, Putri dan Sambo itu menjanjikan uang satu miliar kepada yang akan membunuh Joshua, namanya Richard Eliezer (Bharada E). Lalu 500 500 kepada yang lain, perempuan macam apa yang bisa melakukan itu? Kalau mau bicara kemanusian, ada nyawa yang sudah hilang di situ," ungkap Irma.
Kalau memang Komnas Perempuan mau membela hak perempuan, Irma meminta juga bicara tentang mamanya Joshua.
"Kenapa harus bicara tentang Putri Candrawathi yang sudah mendapatkan previlage, ini Sambo bilang; "Boleh saja saya ditahan tapi istri saya gak boleh ya." Itu yang ditunggu oleh seluruh rakyat Indonesia," tandasnya.