JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Insiden kecelakaan maut terjadi di Jalan Sultan Agung, tepatnya di depan SDN Kotabaru II dan II Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (31/8/2022) pagi.
Dalam insiden tersebut, sebanyak 30 orang menjadi korban dengan 10 di antaranya dinyatakan meninggal dunia, 20 lainnya luka-luka sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit (RS) guna diberikan pertolongan medis.
Kepolisian yang melakukan giat olah TKP di lokasi menduga, kecelakaan ini tidak disebabkan oleh adanya rem blong mengingat kontur jalan yang landai serta ditemukannya bekas tanda pengereman.
Dugaan sementara, truk tersebut oleng lantaran tak mampu membendung kecepatan. Karena saat tersebut truk tengah dalam keadaan bermuatan besi yang menyebabkan sopir kehilangan kendali saat tak berhati-hati.
Sebagai langkah lanjutan, polisi akhirnya membawa sang sopir guna diperiksa intensif akan terjadinya insiden naas di penghujung bulan Agustus.
Terkait hal tersebut, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, dengan kerap terjadinya insiden kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar, sudah seharusnya pemerintah memberikan atensi berlebih akan hal ini.
"Bayangkan saja, gegara terpapar Covid-19 dalam satu hari ada tiga orang yang dinyatakan meninggal. Namun, dalam satu jam saja, akibat kecelakaan terdapat tiga orang yang meninggal dunia berdasarkan stastistik. Dengan data statistik itu seharusnya Indonesia memberlakukan pandemi kecelakaan," kata Djoko saag dihubungi, Rabu (31/8/2022).
Dengan masifnya kasus kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar seperti truk, lanjut dia, ini menjadi suatu bentuk bagaimana negara seperti abai terhadap keselamatan lalu lintas.
Karenanya, ucap dia, Presiden sudah seharusnya memberikan atensi lebih terkait masifnya kasus kecelakaan lalu lintas maut yang kerap terjadi belakangan ini.
"Presiden harus turun tangan karena permasalahan truk Over Load Over Dimension (Odol) itu masalah dari banyak lembaga serta Kementerian. Jadi, ini bukan hanya persoalan dari Kemenhub saja tapi juga dari Kementerian lainnya," papar Djoko.
Djoko menyebut, upaya penegakkan hukum di Indonesia, khususnya terkait dengan penindakan truk Odol juga masih rawan diselewengkan. Bahkan, kata Djoko, di beberapa kasus aparat penegak hukum justru malah kedapatan menyalahgunakan wewenangnya hanya demi meraup keuntungan semata.
"Kalau ada truk Odol masuk jembatan timbang, nanti oknum aparat penegak hukumnya malah melindungi. Datang, terus ngerecoki sopir dan sampai sekarang itu terus terjadi. Oknum aparat penegak hukum kan minta berbagai fasilitas supaya bisa bebasin truk odol tersebut lolos uji timbang. Bahkan ada juga yang pernah mengancam sopir agar fasilitas yang diberikan lebih besar dengan cara membawa senjata. Jadi intinya penegakkan hukum di kita itu lemah," tegas dia.
Selain itu, dia menambahkan bawa 80 persen kasus kecelakaan terjadi lantaran disebabkan oleh kondisi sopir yang kelelehan.
Hal itu, ucap dia, sudap sepatunya menjadi penguat bagi pemerintah untuk dapat memberikan atensi terkait masifnya kasus kecelakaan.
"80 persen kecelakaan di Indonesia disebabkan oleh sopir yang kelelahan atau mengantuk. Coba bayangkan 80 persen, karena apa, karena jam kerjanya gak jelas apalagi gajinya. Dan pemerintah tak pernah mau mengatur upah standar minimum bagi sopir truk. Sopir truk itu hidupnya kan teraniaya," imbuhnya.
"Lebih jauh, dia juga meminta kepada presiden untuk menekankan kepada pihak Kepolisian dalam hal memberikan pengamanan di kawasan rest area yang kerap menjadi tempat beristirahat para sopir.
"Jadi di sini harus ditekankan tugas polisi untuk melakukan pengamanan, misalnya contoh di rest area Balaraja yang kerap terjadi. Jadi kembali lagi, Presiden harus turun tangan dengan mengintruksikan polisi untuk mengamankan seluruh kawasan rest area aman dari tindak kejahatan," tutur Djoko.
"Dan yang tak kalah penting, di setiap kasus kecelakaan yang selalu menjadi tersangka adalah sopir. Tapi kenapa pengusaha atau atasan si sopir tersebut tidak pernah dijadikan tersangka? Padahal kan mereka yang meminta si sopir untuk membawa barang tersebut dengan kapasitas yang berlebih," tandasnya.