BELAKANGAN partai-partai sudah pada berkoalisi. Yang mutakhir, Gerindra dan PKB mendeklarasikan diri sepakat untuk berkoalisi.
Keduanya menyusul Koalisi Indonesia Bersatu alias KIB, yang dimotori oleh tiga parpol, yaknii Golkar, PAN, PPP. Ketua umum parpol dari KIB ini sudah bolak-balik berfoto bertiga, Arilangga Hartarto, Zulkifli hasan, dan Suharso Monoarfa.
Ya gitu, kayaknya punya hobi foto-foto, sering ngumpul terus jeprat-jepret mejeng minta difoto bertiga. Bajunya juga nggak ganti-ganti, Zulkifli Hasan biru, Ailangga kuning, Suharso hijau.
Kalau Gerindra dan PKB meski baru mendeklaraasikan diri berkoalisi, di Sentul, tapi untuk acara foto-fotyo juga tak kalah sering.
Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar rupanya juga hobi mejeng di depan kamera, lantas dijeprat-jepret foto, hasilnya mejeng di mana-mana, maklum sekarang kedia bejibun. Bisa di online, bisa juga di medsos.
Nah, dari segi tampil bareng, mereka sudah kompak, sudah sering minta difoto, lah yang menjadi inti dan ditunggu-tunggu rakyat banyak, kok belum ada.
Apa itu? Ya yang pasti pengumuman calon presiden alias capres. Kedua koalisi yang sudah terbentuk itu, belum juga mengumumkan capresnya.
Lha sudah pada berkoalisi tapi kok belum menunjuk caprenya. Ini kan bikin tanda tanya, bikin curiga. Ada apa? Kenapa begitu? Rakyat curiga, ini ada agenda tersembunyi.
Padahal, Golkar sudah menunjuk Airlangga jadi Capres, tapi untuk koalisi, ternyata belum berani juga mengumumkan siapa capresnya.
Kalau PAN dan PPP jangan tanya, dua parpol ini aneh, sudah repot-repot membangun parpol, sudah punya masa, sudah punya kursi di DPR, tapi sama sekali tidak berani mengajukan capres.
Maka ada yang nyeletuk: Itu mah penginnya diberi jatah menteri. Toh kalah di Pilpres, nanti bisa nyeberang dan minta jatah menteri. Begitu sentilan rakyat bawah.
Di koalisi Gerindra dan PKB. Dua-duanya sudah menunjuk capres. Prabowo diminta Gerindra jadi capres. Gus Muhaimin sudah diminta kadernya untuk jadi capres. Tapi, ketika berkoalisi, belum juga menunjuk capresnya. Nunggu apa lagi?.
Nah itu, jangan-jangan masih lihat-lihat suasana. Baik KIB maupun koalisi Gerindra-PKB masih menunggu sesuatu, jangan-jangan masih memberi kesempatan kepada pihak lain. Kedua koalisi kan di kabinet. Jadi masing-masing masih nengok ke Jokowi.
Bukannya PDIP menolak tiga periode? Itu katanya, tapi politik adalah kekuasaan. Kalau kans-nya lebih besar untuk menang, kenapa tidak. KIB dan koalisi Gerindra-PKB bisa gabung. Kan PDIP juga sudah mengatakan, ingin berkoalisi seperti yang sudah jalan.
Nah, lagi, mereka rupanya juga berpikir kalau misalnya ada pasangan Anies-AHY. Ini harus dibendung. Caranya, ya dengan Jokowi lebih manjur.
Rupanya NasDem, PKS dan Demokrat mencoba memainkan tempo, delay-delay terus. Baiknya memang harus kita tunggu tanggal mainnya. (winotoAnung)