Sedangkan Basodin sebagai suami tak diperhatikan lagi. Mau makan silakan, mau tidur nggak ngurus. Tapi kalau ngajak “tidur”, nanti dulu. Mending kamar dikunci, dibiarkan Basodin tidur di luar dimakan nyamuk.
Lama-lama Basodin tahu latar belakangnya. Dia marah sekali bini sirinya punya PIL, sehingga Sukirah pun dibunuhnya dan dikubur di belakang rumah kontrakannya dengan lobang terlalu dangkal. Sejak hari itu Basodin meninggalkan rumah kontrakannya. Sebab tak ada lagi yang membayari rumah kontrakan bulanan tersebut.
Nah, karena perut harus diisi sedangkan duit tak punya, dia harus putar otak bagaimana tetap bisa makan. Sebetulnya mengandalkan nasi kotak “sedekah Jumat” juga bisa, tapi kan adanya hanya seminggu sekali. Mana bisa Basodin hanya makan satu kali seminggu pas Jumatan doang?
Semua sudah buntu, sehingga coba-coba mencuri, tapi ketahuan. Akhirnya masuk penjara dengan vonis 6 bulan. Baru beberapa bulan menjalani hukuman, kuburan istrinya ditemukan warga saat berkebun.
Polisi mengusutnya, diketahui korban Sukirah sebagai korban pembunuhan. Basodin sebagai suaminya dilacak, ternyata dianya sudah ada di penjara dalam kasus tipiring.
Basodin pun dibon, untuk diperiksa. Dia mengakui sebagai pembunuh istri sirinya. Tapi apa motifnya, masih malu-malu menyebutkan, karena katanya hanya boleh didengar untuk kalangan 17 tahun ke atas. Karena didesak polisi, akhirnya mengaku bahwa sampai tega membunuh karena istrinya selingkuh.
Gitu aja mau niru-niru gaya Pak Menko Polhukam. (GTS)