ADVERTISEMENT
Jumat, 12 Agustus 2022 17:54 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Aditya mengungkapkan semangat menjaga persatuan dan kesatuan sudah menjadi kesepakatan nasional.
Hal itu patut dicatat sebagai semangat kolektif.
Tidak elok jika semangat itu dilabelkan pada hanya satu pihak.
"Kalau soal menjaga kesatuan dan persatuan dan sebagainya itu kan sudah kesepakatan nasional. Jadi bukan kemudian dibelah dalam konteks itu (kontestasi). Kalau ada orang tidak mendukung itu? Berarti punya persoalan dong. Kan tidak juga begitu," ujarnya.
Menurut Aditya, semangat itu harusnya tidak digunakan untuk sebagai pembeda dalam pilihan politik.
"Isu itu harus menjadi perhatian. Bukan kemudian dibelah dalam kontestasi pencalonan atau kontestasi politik," ungkapnya.
Sementara itu, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago gagasan yang diusung oleh KIB menjadi angin segar bagi iklim demokrasi di Indonesia.
Dia mengingatkan bagaimana dua pemilu sebelumnya yang menimbulkan polarisasi di masyarakat, bahkan sampai saat ini.
“Kalau mencermati KIB punya misi agenda bagaimana pemilu kita tidak inklusi, liberal, persaingan yang tidak terlalu membuat luka tadi ini bagus, punya cita-cita, ini angin segar untuk demokrasi untuk kemajuan politik,” katanya.
Menurut pendiri Voxpol Center Research dan Consulting ini, Ada dua hal yang menyebabkan konflik dalam Pemilu, yaitu politik identitas dan buzzer politik.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT