“DENGAR dengar harga cabai rawit masih menggigit, kata mas Bro kepada kedua sohibnya, Yudi dan Heri, usai maksi di warteg langganan.
“Maksudnya harganya masih mahal? tanya Heri.
“Masih berkisar di angka Rp 70 ribu Rp 80 ribu per kilogram. Belum turun ke angka normal sebesar Rp30 ribu, kata mas Bro.
Seperti diberitakan masih mahalnya harga cabai rawit merah, telur ayam dan minyak goreng terpantau di sejumlah daerah. Tak hanya di kawasan Jabodetabek dan Jawa Barat. Di Purwokerto, Jawa Tengah pun masih mahal.
Ini pun diakui Gubernur Jawa tengah, Ganjar Pranowo yang sidak ke sejumlah pasar di sela olahraga pagi di wilayah tersebut.
Hasil pengecekan langsung kepada para pedagang, Ganjar mendapati harga cabai rawit masih melonjak di kisaran Rp 60 Rp70 ribu per kilogram.
Ganjar mengatakan kenaikan tetap terjadi meski telah diintervensi oleh pemerintah dan stakeholder terkait.
"Ternyata harga cabainya masih lumayan tinggi. Meskipun kami coba untuk melakukan intervensi terus," kata Ganjar. Siapa yang melakukan intervensi? Tentunya pemerintah dan stakeholder terkait.
Lantas apa yang harus dilakukan, sudah diintervensi, tetapi harganya masih tinggi. Ini yang dievaluasi. Sebab, kenaikan harga akan memicu lonjakan angka inflasi. Ini yang harus dicegah.
“Bagaimana mencegahnya, Bro? tanya Heri.
“Jangan tanya ke saya. Tanya ke pak Ganjar lah.., jawab mas Bro.
Jangan aneh aneh, Bro. Masak mesti nanya ke pak Ganjar? kata Heri.
“Nggak masalah, pak Ganjar nggak bakalan marah. Malah senang. Lagi pula ini kan bagian dari tanggung jawab kepala daerah meringankan beban rakyatnya dari gempuran kenaikan harga, ujar mas Bro.
“Oke dech nanti aku tanya via medsos, kata Heri bersemangat.
“Yang penting solusinya seperti apa, tambah mas Bro. (jokles)