BELAKANGAN lagi ngetren soal duet pemersatu bangsa. Dengan hadirnya pasangan calon presiden dan wakil presiden dimaksud, bangsa akan lebih bersatu. Tidak lagi lagi terkotak kotak karena beragam kepentingan. Tidak lagi kian berseberangan hanya karena beda pilihan dan dukungan. Tidak makin berdebat hanya karena beda pendapat. Tidak pula makin membatasi diri hanya karena beda aspirasi.
“Lantas pasangan mana yang dapat mempersatukan bangsa?, tanya mas Bro ketika maksi di warteg bersama sobatnya, Yudi dan Heri.
Itulah yang sedang dirumuskan oleh parpol, di antaranya dengan membentuk koalisi. Pasangan mana yang paling layak, paling mumpuni, memiliki kekuatan untuk menyatukan bangsa, kata Yudi.
“Memang bangsa kita lagi tidak bersatu? kata mas Bro.
“Bangsa kita tetap bersatu, tetapi polarisasi tampaknya kian terjadi, kata Yudi. Ini tak lepas dari perhelatan pilpres tahun 2014 dan 2019 yang hanya menampilkan dua paslon yang berujung kepada polarisasi politik di masyarakat, saat di mana warga terbelah kedalam dua kutub yang berseberangan atas sebuah isu, kebijakan ataupun ideologi.
Iya gue paham, jadi perlu tokoh pemersatu, setidaknya mampu menyatukan dua kutub, kata mas Bro. Beredar pasangan yang disebut sebut dapat menyatukan bangsa, menghilangkan polarisasi seperti Anies- Ganjar, Anies -Puan, Prabowo Muhaimin Iskandar dan masih banyak lagi.
“Tetapi siapa pun pasangan capres cawapres harus mampu menyatukan bangsa membawa kemajuan dan kesejahteraan, kata Heri menimpali.
“Iya gue setuju. Kalau merasa ragu dan tidak mampu menyatukan, membawa kemajuan, mestinya menolak sebagai capres cawapres, kata mas Bro.
“Pendapat lo oke juga Bro. Tetapi yakin akan ada yang begitu, berani menolak? tanya Yudi. Lo sendiri kalau ditawari naik jabatan sebagai kepala divisi, nolak nggak?. Tak ada jawaban, semuanya merenung. (jokles)