ADVERTISEMENT
Minggu, 19 Juni 2022 10:02 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Maka, lanjut dia, ini bisa pula dibaca sebagai bentuk siasat Surya Paloh yang ingin membubarkan kesepakatan diam-diam antara Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo yang sudah tercetus lama. "Semenjak adanya Perjanjian Batu Tulis hingga Perjanjian Berlin, yang konon telah disepakati akan mengusung Pasangan Capres dan Cawapres dari Koalisi PDIP dan Gerindra," urainya.
Jika dalam Pilpres 2009 mereka mengusung Pasangan Capres Megawati dan Cawapres Prabowo, maka dalam Pilpres selanjutnya rencananya akan mengusung pasangan Capres Prabowo bersama Puan Maharani.
Dan di Pilpres 2024 rencananya akan mengusung pasangan Capres Prabowo-Puan atau Ganjar-Anies.
Di tahun 2014 dan 2019 kesepakatan perjanjian ini terhenti akibat desakan massa PDIP Pro Jokowi yang saat itu mendorong keras PDIP untuk mencapreskan Jokowi, yang kemudian terbukti sukses besar.
Surya Paloh dan NasDemnya tentu merasa tidak akan terlalu diuntungkan jika sekenario politik Mega-Prabowo itu berjalan mulus. Karenanya Surya Paloh bersama NasDemnya memaksakan diri untuk mengajukan capresnya sendiri, yang siapa tau manuver politiknya itu akan diikuti oleh partai politik lainnya.
"Dengan demikian Surya Paloh akan lebih bebas dan leluasa mengendalikan arah politik sesuai yang diinginkannya," katanya. (rizal)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT