Patung penyair Rusia Aleksandr Pushkin berdiri di Donetsk.

Internasional

Donetsk Tidak Ingin Menjadi Bagian dari Ukraina

Sabtu 28 Mei 2022, 21:00 WIB

DONETSK, POSKOTA.CO.ID - Garis depan hanya berjarak enam kilometer.

Sesekali ledakan artileri atau pertahanan anti udara dapat terdengar.

Inilah situasi di ibu kota Republik Rakyat Donetsk pada Minggu pagi yang tenang.

Seorang perempuan lansia menuturkan,“Orang-orang berpikir hal itu normal di Republik Rakyat Donetsk tetapi kami tidak memiliki pasien lagi untuk menunggu sampai berakhir, hidup di bawah pengeboman.”

Dia melanjutkan,”Semua kerabat saya dan saya kadang-kadang berada di bawah tembakan, begitu peluru terbang di atas kepala saya dan membunuh perempuan di dekatnya. Tinggal di sini, saya lahir di sini, dan saya kira saya akan mati di sini juga.”

Sebagian besar orang di jalanan adalah perempuan.

Sejak Rusia memasuki konflik, wajib militer diperkenalkan di sini. Milisi Donbas mendapat dukungan mayoritas. Sejumlah pria tinggal di apartemen mereka 24 jam dalam seminggu agar tidak dipaksa untuk bergabung.

Di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia ini tidak ada jurnalis media arus utama berbahasa Inggris.

Jurnalis negara-negara NATO hampir tidak ada dan orang-orang yang tinggal di negara-negara NATO masalahnya tidak mendengar pandangan orang-orang di Donetsk.

“Hal pertama yang ingin saya katakan adalah Republik Rakyat Donetsk ada karena kami rakyat yang bebas,” ucap seorang perempuan muda seperti dikutip dari Irib pada Mei ini.

Dia meneruskan,”Kami ingin pendapat kami sendiri, kemerdekaan kami sendiri, dan pandangan kami sendiri tentang dunia bukan sudut pandang yang dipaksakan seseorang kepada kami, jadi kami membela kepentingan kami sendiri itulah sebabnya Republik Rakyat Donetsk ada.”

Mayoritas orang di Donetsk adalah penutur bahasa Rusia dan berbudaya Rusia.

Patung penyair Rusia Aleksandr Pushkin berdiri di luar gedung teater. Sementara patung Lenin di lapangan utama.

Patung Lenin di Kyiv dirobohkan nasionalis Ukraina pada 2014 ketika revolusi atau kudeta Ukraina.

Jika Republik Rakyat Donetsk tidak melakukan kontrol maka patung di sini kemungkinan besar akan dirobohkan nasionalis Ukraina juga.

Patung-patung yang bersifat simbolis ini penting bagi budaya masyarakat di sini.

Sejak nasionalis Ukraina mengambil alih kekuasaan di Kiev pada tahun 2014, mereka telah berusaha untuk memaksakan agenda mereka di sebagian besar wilayah Rusia.

Mereka merobohkan patung-patung dan memaksa lembaga-lembaga untuk menghapus bahasa Rusia sebagai bahasa resmi. Ada juga pembunuhan puluhan aktivis pro Rusia. Inilah yang menyebabkan Donbas bangkit dan berusaha menciptakan negara yang memisahkan diri.

“Tentu saja penduduk berbahasa Rusia diinjak-injak, ada tuntutan bahwa kami harus berbicara bahasa Ukraina dan bukan bahasa Rusia dan semua prosedur administrasi diubah ke bahasa Ukraina,” ujar seorang perempuan paruh baya.

“Saya pikir budaya apa pun harus dijaga dan diteruskan ke orang-orang yang lebih muda. Ini sangat penting karena kaum muda tidak dapat tumbuh tanpa budaya mereka, tidak mungkin ada orang tanpa budaya mereka,” tambahnya.

“Tentu saja saya lahir di sini, ini adalah tanah saya. Saya mulai di sini di institut tempat kami belajar bahasa Rusia dan Ukraina, itu normal dan ketika mereka mulai membunuh kami, kami tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi?” ucap seorang perempuan lansia.

“Bagaimana orang bisa memperlakukan rekan senegaranya seperti ini? Kami terus-menerus dibunuh dari pagi hingga malam di sini,” pungkasnya.

Bendera Donetsk dan Rusia berdampingan.

Pada awalnya menuntut otonomi. Sejak perang mereka bersikeras ingin merdeka atau bergabung dengan Rusia. ***

Tags:
DonbasDonetskukrainarusiaAleksandr PushkinLeninNATOPro-Rusia

Reporter

Administrator

Editor