ADVERTISEMENT

Hepatistis Akut Muncul, Politisi PDIP: Belajar dari Pandemi Indonesia Harus Buat Vaksin Sendiri

Selasa, 17 Mei 2022 09:35 WIB

Share
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PDIP Rahmad Handoyo
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PDIP Rahmad Handoyo

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID   - Anggota Komisi IX DR Rahmad Handoyo mendesak pemerintah untuk segera melakukan terobosan baru guna mempercepat penciptaan dan produksi vaksin dalam negeri.

“Untuk mengantisipasi penyakit hepatitis  akut misterius serta penyakit-penyakit  menular yang diakibatkan  virus lainya  kita mendorong pemerintah untuk lebih berdikari dan berdaulat di bidang kesehatan terutama di penciptaan vaksin,” kata Rahmad Handoyo, Selasa (17/5/2022).

Legislator PDI Perjuangan ini mengatakan,  jika berkaca dari penanganan pandemi covid-19, serta munculnya penyakit hepatitis akut misterius,  bisa dikatakan, Indonesia  terlambat  dalam penciptaan kemandirian dibidang  vaksin. 

“Saat ini kita pandemi  masih mendatangkan 100 persen vaksin dari luar negeri, sementara vaksin merah putih masih dalam proses. Kondisi ini kan membuktikan kita sangat terlambat dalam membuat  vaksin dalam negeri karena vaksinasi kesatu, kedua dan sudah hampir selesai,  vaksinasi tinggal sedikit yakni  vaksin booster,” katanya.

Menambah keterangannya, Rahmad menyakini,  secara keilmuan Indonesia tidak kalah dengan negara-negara lain dalam menciptakan vaksin. Dikatakan, ilmu dan teknologi untuk menciptakan vaksin sama saja.

“Mungkin yang menjadi kendala,  adalah masalah anggaran. Kita tahu, untuk melakukan uji klinis hingga tahap ketiga dibutuhkan anggaran hingga ratusan miliar. Karena itu kedepan  kita akan mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan anggaran. Kita selaku bangsa harus bisa  membuat vaksin sendiri, tidak tergantung vaksin dari luar negeri,” bebernya 

Menurut Rahmad, ada dua manfaat nyata jika Indonesia berdaulat  dan mandiri dibidang vaksin.  Dikatakan, manfaat pertama, vaksin bisa memenuhi kebutuhan bangsa sendiri sehingga Indonesia  bisa lebih awal melindungi rakyatnya dan tidak tergantung dari vaksin dari luar negeri.  Kedua dari sisi anggaran,  anggaran  devisa kita akan lebih hemat karena tidak lagi membeli vaksin dari luar negeri.

Ditambahkan Rahmad, mengingat memang dibutuhkan anggaran yang besar untuk melakukan uji klinis vaksin, bisa saja misalnya terlebih dahulu fokus penelitianya  dilakukan  uji praklinis di tingkat laboratorium yang tidak membutuhkan terlalu besar biaya.

"Kalau memang ternyata penyakitnya tidak berlanjut membahayakan ya, sudah tidak usah lagi dilanjut kepada tahap klinis uji klinis satu dua dan tiga karna ternyata penyakitnya bisa dikendalikan," katanya.

Meski demikian BRIN segera menjadikan penelitian kesehatan terutama penemuan vaksin harus menjadi Prioritas. Termasuk segera melakukukan percepatan penelitian  virus hepatistis akut serta penyakit lainya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT