HARI menjelang siang di sebuah kompleks perumahan di pinggiran ibu kota terlihat lengang, maklum pascalebaran masih banyak penghuninya yang belum balik dari mudik. Cuaca terik matahari, menambah sepi suasana jalanan kompleks lantaran penghuni yang ada memilih 'ngadem' di dalam rumah.
Di tengah keheningan terdengar deru mesin dari sepeda motor butut Mang Ndut, pedagang sayur keliling langganan emak-emak kompleks perumahan. Sepeda motor tanpa pelat nomer itu digunakan untuk mengangkut sayur dagangannya.
Mang Ndut, pria berusia 45 tahun itu memang kerap nongol di kompleks menjelang tengah hari bolong. Makanya nggak heran dirinya sering dimaki kaum emak karena baru nongol pas mereka sudah kelar masak.
Tapi lelaki asli 'Akamsi' (anak kampung sini) itu tetap jadi idola emak-emak kompleks karena dagangan sayurnya dibutuhkan buat stok besok.
Betul saja, sejenak Mang Ndut menepikan sepeda motor, satu, dua perempuan paruh baya langganannya keluar dari rumah dan merapat ke lapak Mang Ndut. "Ada apa aja Ndut," teriak perempuan berdaster bertubuh gemuk.
"Biasa mpok , sayuran, tahu, tempe. Ayam juga masih ada," tutur Mang Ndut menjabawab pertanyaan wanita yang disapanya Mpok Odah itu.
"Harga ayam udah turun Ndut? Kan udah kelar Lebarannya," timpal Mpok Odah.
Sambil nyengir, Mang Ndut yang ditanya menepis analisa Mpok Odah. "Boro-boro turun Mpok, balik ke normal aja kaga," ucapnya.
Sambil memilah dan membungkus belanjaan pesanan pelanggan lainnya, Mang Ndut menjelaskan, sejak sebelum Lebaran harga ayam per ekornya masih stabil di harga Rp45 ribu dari harga normal Rp40 ribu.
"Telur ayam juga mpok, sekarang belum normal apalagi turun, masih Rp27 ribu per kilogram, biasa sebelum Lebaran Rp25 ribu. Minyak sayur? Jangan ditanya, yang kemasan Rp45 ribu sampai Rp52 ribu per kemasan 2 liter," paparnya.
Mendapat penjelasan Mang Ndut, Mpok Odah cuma manggut-manggut. "Saya heran minyak goreng masih mahal aja, padahal kan katanya mafianya sudah ditangkap dan pemerintah udah nggak jualin minyak goreng lagi ke luar negeri, kok masih belum turun juga," tanya Mpok Odah, sok tahu.
Mendengar pertanyaan Mpok Odah, lelaki berkulit gelap itu kembali nyengir. "Kayak nggak tahu aja mpok, penyakit di negeri ini kalau sudah naik lupa turunnya," katanya sambil ketawa lepas.
"Huss, hati-hati kalo ngomong ndut , didengar intel bisa berabe urusannya," kata Mpok Odah sambil menerima kembalian belanjaan sayuran dari Mang Ndut.
Lihat juga video “Viral! Sebuah Mobil Jenis Pajero Berwarna Hitam Ambles di Pinggir Pantai.” (youtube/poskota tv)
Perdebatan soal harga sembako kian memanas ketika pelanggan lain yang disapa Mama Intan, menyambar sebuah pertanyaan. "Kalo daging sapi gimana Ndut? Masih ada harapan turun gak?," tanyanya.
Sejenak Mang Ndut menghentikan aktivitas membungkus mendengar pertanyaan Mama Intan, seolah tak percaya pascalebaran masih ada yang bertanya soal daging sapi.
"Tipis harapan buat turun, sekarang masih anteng di harga Rp150 ribuan per kilogram, masih jauh dari harga normal Rp120 ribuan, makanya saya nggak bawa karena tipis juga harapan orang yang mau beli," katanya.
"Ditahan dulu makan daging sapinya, nanti nunggu kupon kurban Lebaran Haji aja," ucap Mang Ndut sedikit mengejek. (yahya)