Sental-Sentil

Pedagang Gorden Geleng-geleng Kepala

Rabu 11 Mei 2022, 06:58 WIB

PAK Dewan pergi ke Pasar Cipadu. Ia hendak membeli Gorden atau gordyn. Maklum, sebentar lagi lebaran Idul Fitri. Seperti pada umumnya, menjelang lebaran, rumah warga dipercantik. Barang-barang lama diganti dengan yang baru. Apalagi, sudah dua kali lebaran, gorden di rumah dinasnya belum diganti. Sebab, penyebaran virus Corona lagi kuenceng. Jangankan saling bersilaturahim ke rumah, acara halal bil halal pun cukup melalui virtual.

Tahun ini, pemerintah melonggarkan aturan Lebaran. Boleh mudik. Saling silaturahmi pun dibuka lebar. Itulah sebabnya, Pak Dewan ingin mangganti gorden rumahnya. Pak Dewan pun pergi ke Pasar Cipadu, yang berada di perbatasan Tangerang dan Jakarta. Di sepanjang jalan, berjejer pedagang gorden.

Pedagang pertama yang ditemui Pak Dewan adalah Bang Derman. Setelah melihat-lihat berbagai pilihan model dan jenis gorden, akhirnya Pak Dewan menawar satu unit gorden pilihannya.

Pak Dewan: Berapa harganya ini Bang?

Bang Derman: Rp 421 ribu Pak.

Pak Dewan: Hmmm...saya lihat yang lain dulu ya.

Pak Dewan pun bergeser ke toko sebelahnya, toko gorden milik Mas Sultan. Lagi-lagi Pak Dewan memilih dan memilah semua gorden yang dijajakan Mas Sultan.

Lalu, ia mencomot satu gorden yang sejenis dengan gorden yang ada di toko Bang Derman.

Pak Dewan: Berapa ini harganya?

Mas Sultan gak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak. Ia sempat mendengar tawar-menawar antara Bang Derman dan Pak Dewan.

Mas Sultan: Rp 377 ribu, Pak.

Mas Sultan mencoba menawarkan harga yang jauh lebih rendah dari harga yang ditawarkan Bang Derman. Tapi Pak Dewan tetap menggelengkan kepala.

Saat Pak Dewan hendak melangkah kembali ke toko Bang Derman, tiba-tiba langkahnya dihentikan Mas Tri, seorang pedagang HP dan elektronik.

Mas Tri: Om, ini om. Saya punya barang yang sama nih. Siapa tahu cocok dengan apa yang Om cari.

Bang Derman dan Mas Sultan kompak terperanjat. Mereka tahu, Mas Tri adalah pedagang elektronik. Tapi kenapa tiba-tiba menawarkan gorden.

Mas Sultan: Loh, Mas Tri kok...?

Mas Tri: Udah, nanti aja aku jelasin.

Mas Sultan dan Bang Derman pun terdiam dan melihat apa yang akan terjadi.

Mas Tri pun melanjutkan menawarkan gorden ke Pak Dewan: Saya jual Rp 435 ribu, Om.

Pak Dewan: Oke, deal ya. Saya beli ini.

Mas Sultan dan Bang Derman pun kembali dibuat geleng-geleng kepala. Kok bisa, justru yang harganya paling mahal yang dibeli. Padahal, jenis dan modelnya sama.

Setelah Pak Dewan pergi, Mas Sultan dan Bang Derman menghampiri Mas Tri.

Mas Sultan: Mas Tri, sampean kan ahli IT, kok malah jualan gorden?

Bang Derman: Iya, ente kan biasanya jualan HP, kok sekarang ikut-ikutan nawarin gorden? Dan, anehnya malah penawaran paling mahal dari Mas Tri yang dibeli.

Mas Tri: Begini bapak-bapak, orang yang beli gorden tadi itu anggota DPR. Dia orang terhormat. Gengsi dong, kalau beli gorden yang murah. Prinsip dia, biar tekor asal kesohor. Makanya dia pilih penawaran termahal dari saya.

Bang Derman: Kok Mas Tri tahu?

Mas Tri: Ya tahu, karena dia tetangga saya di kampung. Kemarin dia telpon saya, katanya mau ke Pasar Cipadu, mau cari gorden yang paling mahal.

Mas Sultan dan Bang Derman: Alamaakkkk, gubrak! (gusmif)  

Tags:
Sental-Sentil

Administrator

Reporter

Administrator

Editor