POSKOTA.CO.ID - Permintaan pasokan tambahan dari Eropa tidak mampu dipenuhi negara pengekspor batu bara utama dunia, Indonesia dan Australia, jika Uni Eropa melarang impor batu bara Rusia.
Kedua negara ini juga mencapai batas produksi.
Keterangan ini disebutkan sejumlah eksekutif pertambangan pada Rabu (6/4) seperti dilansir dari Reuters.
Komisi Eropa pada Selasa lalu mengusulkan sanksi baru terhadap Rusia akibat invasinya ke Ukraina. termasuk larangan membeli batu bara Rusia dan melarang kapal Rusia masuk ke pelabuhan Uni Eropa.
Komisi Eropa juga sedang menyusun larangan impor minyak Rusia.
Menurut situs web Komisi Eropa, Uni Eropa bergantung pada Rusia untuk sekitar 45 persen dari impor batu baranya.
Beberapa pembeli Eropa sebelum proposal Uni Eropa tersebut mengadakan sejumlah pembicaraan dengan para penambang Indonesia pada Maret lalu.
Eksekutif Senior Asosiasi Penambang Batu Bara Indonesia (ICMA) menyebutkan hal ini dalam upaya untuk mengganti pasokan Rusia.
“Perusahaan tambang tidak bisa meningkatkan produksi sedemikian cepatnya, hal itu sulit dan kapasitas sangat terbatas,” kata Ketua ICMA Pandu Sjahrir.
Pemerintah Indonesia tahun ini menyasar produksi sebanyak 663 juta ton. Sementara para penambang berjuang untuk memenuhi pembatasan ekspor mendadak pada Januari dan hujan berkepanjangan yang mempengaruhi produksi.
Pengawasan atas penjualan domestik diperketat setelah persediaan jatuh ke tingkat terendah di beberapa PLTB.
Produsen di Australia dihubungi para pembeli yang bergantung pada batu bara Rusia dan dihubungi pemerintah agar membantu pembeli batu bara di negara-negara sekutu untuk menggantikan pasokan dari Rusia. Seperti Polandia.
Sementara mereka diuntungkan lonjakan harga batu bara metalurgi yang digunakan di pabrik-pabrik baja dan juga batu bara termal untuk pembangkitan listrik.
Para penambang Australia tidak dapat menambah produksi dengan cepat dan sebagian besar volume yang mereka hasilkan sudah terikat kontrak dengan pelanggan tradisional.
Produksi batu bara Australia terpukul oleh banjir di New South Wales dan Queensland, wabah COVID-19, dan kekurangan tenaga kerja.
Situasi ini mengakibatkan produksi tidak mencapai kapasitas penuh. ***