ADVERTISEMENT

Pawang Hujan di Mandalika MotoGP, PSI: Formula E Perlu Pawang Anggaran

Senin, 21 Maret 2022 17:21 WIB

Share
foto: Juru bicara DPP PSI Sigit Widodo. (ist)
foto: Juru bicara DPP PSI Sigit Widodo. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA POSKOTA.CO.ID - Juru bicara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sigit Widodo, menilai menemukan persamaan antara perhelatan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusat Tenggara Barat (NTB) dan Formula E yang rencananya akan digelar di Ancol, Jakarta Utara.

“Keduanya sama -sama perlu pawang. Kalau MotoGP perlu pawang hujan, Formula E perlu pawang anggaran,” ujar Sigit, Senin  (21/3/2022).
Sigit menyampaikan perihal ini mengomentari aksi Rara Isti Wulandari yang viral setelah berhasil menghalau hujan yang mengganggu kegiatan MotoGP hari ini.

“Warga Jakarta perlu pawang anggaran untuk mengusir tuyul-tuyul yang mengganggu uang rakyat,” ujarnya.

Menurut Sigit, sejak awal perencanaan Formula E, tuyul-tuyul sudah mengganggu uang rakyat yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih berguna untuk warga Jakarta di masa pandemi Covid-19. 

 

“Formula E tidak pernah masuk RPJMD, tiba-tiba bisa masuk APBD-P 2019. Ajaibnya lagi, Gubernur Anies sudah memutuskan untuk berutang Rp 180 miliar dan membayar commitment fee sebesar Rp 560 miliar sebelum APBD-P itu disahkan,“ ungkap Sigit.

Keanehan anggaran terus berlanjut sepanjang perencanaan Formula E. “Ketika DPRD DKI Jakarta menolak membiayai lagi Formula E, Pemprov DKI yang tadinya meminta Rp 2,3 triliun untuk commitment fee 5 tahun tiba-tiba menurunkan jadi Rp 560 miliar, sama dengan jumlah yang diakui sudah ditransfer untuk commitment fee,” ungkap Sigit.

Saat Sirkuit Formula E akan dibangun, keanehan kembali muncul. Tiba-tiba Jakpro mengaku sudah melaksanakan tender untuk pembangunan sirkuit."Seketika muncul nama PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama sebagai pemenang tender, padahal di web e-procurement Jakpro hanya disebutkan terjadinya gagal tender,” kata Sigit.

 

Keanehan terakhir, masih menurut Sigit, terjadi saat pelaksanaan pembangunan sirkuit. “Biaya yang sebelumnya hanya Rp 50 miliar untuk pembuatan lintasan sirkuit, tiba-tiba dinaikkan jadi Rp 60 miliar. Padahal kontraktor sudah menghemat biaya dengan mengganti bahan lapisan bawah lintasan dari besi menjadi bambu,” ujar Sigit.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Rizal Siregar
Editor: Novriadji Wibowo
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT