Ilustrasi tuyul. (Ilustrator: Poskota.co.id/Suroso Imam Utomo)

LIFESTYLE

Bule Amerika Cerita Soal Tuyul, Cara Mendapatkan dan Tingkah Lakunya Membuat Pemilik Jadi Kaya

Kamis 10 Mar 2022, 14:24 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Satu keluarga, suami istri dengan satu anak, yang mengontrak di Jakarta Selatn, kawasan yang berbatasan dengan Depok, memutuskan pindah kontrakan, pasalnya dia sering kehilangan uang. Pria kepala keluarga menduga di lingkungan kontrakan ada tuyul.

Pria asal Bojonegoro itu berprasangka begitu karena duit di rumah hilang, padahal sang istri selalu di rumah. Hanya dia saja yang sering keluar karena bekerja. 

Dia yang merupakan sarjana lulusan kamous ternama, ternyata juga percaya soal tuyu yang curi duitl. Dan dia jadi ingat apa yang diceritakan orang bule Amerika yang bercerita tentang tuyul itu.

BuleAmerika itu menuliskan dengan menariknya dalam bukunya dalan sub judul: Tuyul, makhluk halus yang karib. Itu ada di buku terkenal The Religion of Java. Bule Amsrika itu adalah Clifford Geertz, ditulis dari penelitian yang sudah berpuluh tahun lalu, di Mojokuto (Pare), Kediri, Jawa Timur..

Ia mendapatkan cerita tentang tuyul itu dari seorang tukang kayu, dan juga apa yang dia tangkap dari cerita-cerita waktu dia tinggal di Mojokuto itu.

 

Bule Amerika yang merupakan antrolog kondang dengan disertasi hasil penelitian di Mojokuto (Pare), Kediri, pada tahun 1960-an. (foto: kanal youtube: Prof Alan Macfarlane - Ayabaya)

Di lingkungannya tinggal orang-orang sangat percaya tentang Tuyul, makhluk halus yang karib dengan manusia pemiliknya.

Untuk mendapatkan tuyul, menurut informasi yang ia dapat, beberapa orang mengatakan bahwa mereka itu bisa didapatkan lewat puasa dan meditasi.

Tapi, ada juga yang mengatakan bahwa kita malahan tak perlu melakukan itu “Semuanya itu tergantung dari tuyul sendiri; kalau ia ingin menolong, ia akan menolong dan kalau ia tidak mau, ia akan menolak, tak peduli apa pun yang kita lakukan,”  ujar Geertz menirukan tukang tersebut.

Tetapi lanjutnya, kebanyakan orang beranggapan bahwa orang perlu membuat semacam perjanjian dengan setan, supaya tuyul mau menerima tawaran calon pemilik.

Geertz mengungkapkan, ada tiga orang Mojokuto yang oleh umum dianggap mempunyai tuyul, yakni seorang jagal kaya, perempuan pedangang tekstil yang tiba-tiba jadi orang kaya baru. 

Lantas, ada seorang kawakan yang jadi saudagar sangat kaya di masa sebelum perang, tetapi tidak demikian lagi dikemudian hari.

Semua orang itu dianggap telah membuat perjanjian serupa itu, yakni saat 'akad' untuk memelihara tuyul itu. Adapun untuk mendapatkan Tuyul, mereka pergi ke tempat-tempat tertentu.

Bule Amerika itu mengatakan, masing-masing telah pergi ke berbagai sisa-sisa candi Hiundu yang terletak di suatu lingkaran besar di sekitar Mojokuto; Borobudur di barat, Penataran di selatan, Bongkeng di timurm dan makam Sunan Giri yang terletak di dekat Gresik, di sebelah utara.

Di masing-masing tempat keramat ini mereka besumpah: kalau makhluk di situ berkenan memberikan tuyul, mereka akan mempersembahkan korban manusia yang akan dibunuh secara magis untuk makhluk halus itu saban tahunnya. Korban yang jadi tumbal itu bisa dari keluarga dekat atau teman-temannya sendiri.

Pada umumnya disepakati, bahwa di kemudian hari para pemilik tuyul yang mengerjakan ilmu sihir ini akan mengalami sekarat yang lama dan berat sekali sebelum mati.

Nafas mereka makin lama makin pendek, sementara mereka terus  juga merasakan penderitaan dan rasa sakit yang lama dan berat sekali sebelum mati.

Suatu kematian yang pelan-pelan dan sangat menyakitkan. Mati perlahan-lahan mungkin merupakan harga yang cukup murah, karena sekali seorang memiliki tuyul, uang akan mengalir.

Clifford Geertz lantas menceritakan soal pekerjaan Tuyu yang membuat pemiliknya menjadi kaya rya.

Menurutnya, dari cerita-cerita yang didapat, tuyul mampu mencuri duit tanpa kemungkinan dilacak sema sekali.

Dan satu-satunya imbalan yang perlu dilakukan untuk mereka hanyalah menyediakan tempat tidur dan menghidangkan sekedar bubur setiap malam, yang merupakan makanan pokok mereka.

Berhubung tuyul itu kecil seperti kanak-kanak (kalau berjalan, meraka ini konon melompat-lompat dalam lingkaran kecil, seperti halnya anak kecil).

Di kota, tuyul-tuyul itu mencuri duit, tuyul milik tukang daging benar-benar dituduh mencuri duit pedagang-pedagang perempuan di pasar kecil di dekat daerah tinggalnya.

"Paling tidak satu kali selama saya tinggal di sana, tetapi di desa-desa mereka ini mungkin mencuri padi. Salah satu jenis pencuri padi yang umum dikenal biasa disebut gebleg," kata Geertz.

Mereka yang dituduh, lanjut Geertz,  mempunyai tuyul termasuk ke dalam satu tipe sosial tertentu, dengan gambaran tertentu pula.

Mereka selalu kaya, seringkali secara mendadak, dan biasanya (tetapi tidak selalu) kikir; berpakaian buruk, mandi di kali bersama-sama kuli yang miskin, tidak makan nasi, tetapi jagung dan ubi, yang saat itu dikonotasikan merupakan menu orang miskin.

Sementara rumah mereka (kono) selalu penuh dengan emas. Meraka pun seringkali agak menyimpang secara sosial.

"Mereka berbicara keras-keras, agresif, kurang beradat, berpakaian kedodoran, dan mempunyai kebiasaan yang kyuang bersifat Jawa, seperti secara spontan mengatakan apa saja yang ada dalam benak tanpa difikirkan terlebih dahulu," ungkap Geertz.

 Saudagar perempuan yang dibicarakan tadi termasuk dalam jenis ini. Dulunya, kata informan (pria), ia selalu tenang dan pendiam seperti umumnya perempuan, tetapi setelah mendadak jadi kaya, ia bertingkah seperti binatang buas.

Salah seorang pemilik tuyul yang terkenal di daerah Mojokuto adalah seorang tokoh tua yang tinggal di suatu desa beberapa kilometer di sebelah timus kota.

Sebagai orang yang paling kaya, ia pun paling kikir. Ia memperoleh tuyul-tuyulnya melalui perjanjian yang biasa,berjanji akan menyerahkan empat orang mati setiap tahun kepada makhluk halus itu.

Ia mencari korbannya di mana saja. Celakanya, setelah bertahun-tahun berbuat demikian, baru pada tahun 1951 hal ini diketahui orang lain.

Seorang pembagi ilmu gaib, mulai melakukan magi tandingan melawan tokoh kaya itu. Ia mengumpulkan tiga puluh tiga murid dan mengajarkan teknik-teknik magi yang khusus untuk mengalahkan tuyul-tuyul itu.

Pada suatu tengah malam, hari Jumat, para muridnya menyerang tuyul-tuyul pria itu tadi, tetapiyang disebut terakhir ini lalu memanggil bala antuan makhluk-makhluk halus dari berbagai reruntuhan candi.

Para murid itu mengenakan kaca mata hitam agar bisa melihat roh-roh itu dan menggunakan lampu senter sebagai senjata, karena di mana ada cahaya di sana tak akan ada makhluk halus macam apa pun.

Tuyul-tuyul itu melepaskan senjata cakra (berbentuk lingkaran, yang dalam Mahabrata digunakan oleh Khrisna) tetapi tidak mempan kepada murid itu.

"Walaupun pertempuran itu seru, keempat korban itu tak berhasil direbut. Kata orang, sampai sekarang pertempuran itu berlangsung terus tiap malam Jumat," ungkap Geertz.

Orang yang melihat para murid itu bertempur mungkin akan menganggapnya gila, karena mereka memukuli udara kosong. Tetapi sekarang pertempuran itu agaknya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. (*/win)

Tags:
Bule Amerikatuyulcara mendapatkanPemilik Jadi KayaClifford GeertzSemediMojokuto​​​​​​​Bule Amerika Cerita Soal TuyulTingkah Lakunya Membuat Pemilik Jadi Kayacuri duit

Administrator

Reporter

Administrator

Editor