Dari cerita Monas, ikon Jakarta, Stasiun Gambir hingga Kota Tua, pembicaraan kakek dan cucunya, sampai kepada masa depan Jakarta, setelah ibu Kota Negara (IKN) pindah ke Kawasan Penajam, Pasr Utara, Kalimantan Timur.
Cucu bertanya: Setelah IKN pindah, Jakarta mau jadi apa kek?
Kakek: Jakarta adalah tetap Jakarta, masih ada Monasnya, masjid Istiqlal, Stasiun Gambir dan kota tuanya.
Cucu: Kakek yakin, Jakarta masih akan tetap ramai seperti sekarang?
Kakek : Iya lah, harus yakin. Banyak pengamat mengatakan Jakarta tidak akan berubah, malah akan menjadi pusat bisnis dan perdagangan.
Sudah banyak negara yang memindahkan ibu kotanya, tetapi tidak mematikan ibu kota yang lama. Seperti Amerika Serikat, meski Ibu Kota Negara dipindah ke Washington DC, tetapi New York menjadi kawasan bisnis dan terkenal di dunia.
Turki, masyarakat dunia tetap mengenal Istanbul (dulu Konstantinopel), meski IKN sudah dipindah ke Ankara.
Begitu juga Malaysia. Negara ini tergolong sukses memindahkan IKN dari Kuala Lumpur ke Putrajaya pada tahun 1999 dengan alasan karena kemacetan dan demi meningkatkan efektivitas kerja. Namun, Kuala Lumpur saat ini masih menjadi tempat untuk Sultan, Parlemen Malaysia, serta pusat perdagangan dan keuangan Malaysia. Artinya Kuala Lumpur masih tetap menjadi idola para pegawai di sana, juga masyarakat dunia.
Lantas bagaiman dengan Jakarta? Apakah nantinya akan sama seperti New York , Istanbul dan Kuala Lumpur? Masih dalam bayangan, meski sejumlah pakar dan pengamat merasa yakin Jakarta akan bisa lebih berkembang.
Konon, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sedang menyusun strategi untuk mewujdukan Jakarta sebagai pusat bisnis dan ekonomi global.
Dengan pindahnya IKN akan berdampak fundamental terhadap bagaimana Jakarta beroperasi baik pada administratif, kewenangan, dan perekonomian.
Itulah perlunya perencanaan dan pengelolaan ke depan.
"Karena periode 2023-2026 ini periode yang pendek, sehingga harus kita siapkan pondasi untuk Jakarta menjadi kota perekonomian global. Bukan hanya pusat ekonomi Indonesia tapi pusat ekonomi global,” tegas Anies dikutip dari siaran Pers PPID, Rabu (23/2/2022).
Guna mencapai visi tersebut, Gubernur Anies mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam membangun kota Jakarta setelah tak menjadi IKN.
“Ini adalah momentum kita semua untuk merangkai visi Jakarta ke depan. Jakarta adalah milik bersama.”
Itu ajakan pak Anies sebagai gubernur.
“Lantas bagaimana dengan respons masyarakat kek?” tanya cucu.
“Sejauh ini ini kakek belum dengar. Tetapi menjadi hak masyarakat untuk menyikapi,” jawab kakek.
“Kalau konsepnya sudah jadi, tetapi gubernurnya sudah ganti gimana kek?”
“Karena konsep Jakarta untuk masa depan, maka bisa diteruskan, setidaknya masih bisa dijadikan acuan. Tetapi semuanya akan lebih tergantung kepada gubernur berikutnya,” kata kakek.
Soal visi dan misi Jakarta ke depan, bisa saja berubah, mengingat tahun 2024 akan ada pemilihan gubernur baru. Boleh jadi visi misinya jauh berbeda, itu menjadi kewenangan gubenur yang baru. Apalagi setelah Jakarta tidak lagi menjadi IKN, tentu aka ada banyak penyesuaian.
Menyiapkan Jakarta ke depan, setelah tiddak lagi menjadi IKN, itulah konsep yang sedang disusun Pemprov DKI saat ini, seperti dimaksud Anies Baswedan.
Tentunya menjadi tugas gubernur yang baru, siapapun gubernurnya harus menyiapkan konsep Jakarta ke depan setelah tidak lagi menjadi Ibu Kota Negara.
Tetapi yang pasti, menjadi IKN atau tidak menjadi IKN, Jakarta ke depan harus lebih baik lagi, lebih maju dan sejahtera. Siapa pun yang menjadi gubernurnya. (jokles)