MASIH ingat peribahasa, ada orang yang berpikir hari ini makan apa, sementara orang lain makan siapa?
Arti yang pertama, mau makan apa itu cukup prihatin, karena memang nggak punya apa-apa alias miskin.
Jadi untuk makan hari ini saja masih harus berpikir. Sementara kalimat yang kedua cukup sadis,ya?
Hari ini makan siapa!?
Membaca dari arti diatas sudah jelas, bahwa itulah kehidupan manusia, miskin dan kaya.
Tidak punya dan berpunya. Bagi yang tidak punya tentu saja berusaha mencari dengan sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama makan.
Kalau dalam sehari sudah dapat untuk membeli sembako, maka sudahlah gembira karena dapur bakalan ngebul.
Bagi yang sudah berkecukupan, kaya banyak harta, maka bisa terus mencari.
Kalau hartanya sebelumnya, ibarat kata baru sebukit maka mereka berusaha mencari agar menjadi bukit berbukit. Atau jadilah gunung.
Bagi mereka para pengusaha sukses, maju, maka akan terus mengembangkan usahanya.
Yang begitu itu, bagus. Karena kalau punya usaha, berarti perusahaannya butuh tenaga kerja. Juga,usahalah di jalur yang lurus.
Tapi ada juga sih yang masih serakah. Ada proyek ini itu milik pemerintah yang jadi rebutan.
Karena ingin menang dan menguasai maka mereka lalu menyuap pejabat.
Celakanya, itu dana proyek buat rebutan, akhirnya hasil karya pun nggak bermutu alias amburadul.
Maka golongan inilah yang kelewat sadis. Bayangkan saja,mereka benar-benar makan sesamanya.
Tentu saja yang dimakan bukan sekadar makanan, tapi makanan besar, yakni bisa harta benda dan uang yang jumlahnya nggak sedikit.
Oleh sebab itu untuk ‘memakan’ orang lain pun harus punya umpan besar pula.
Lihat juga video “Poskota Terkini: Kumpulan Busa Kembali Menutupi Kali Item di Kawasan RSDC Wisma Atlit Kemayoran”. (youtube/poskota tv)
Nah, saling memanfaatkan di sini bukan berarti yang ‘dimakan’ akan rugi tapi sama-sama makan. Kalau begitu siapa yang dirugikan?
Tentu saja, negara atau rakyat.
Ayo, siapa mau makan siapa? Dan siapa yang mau bantu saudara yang hari ini masih bingung mau makan apa? (massoes)