“Kenapa kek, harga barang bisa naik?” tanya sang cucu kepada kakeknya suatu sore.
Kakek: “Harga naik sudah biasa terjadi. Sejak kakek kecil dulu harga barang juga bisa naik”
Cucu: “Iya kek, tapi kenapa bisa naik?. Ibu kemarin bilang harga cabai mulai naik.” tanya sang cucu penasaran.
Sambil tersenyum kakek menjelaskan. Kenaikan harga disebabkan berbagai faktor. Satu di antaranya karena permintaan melonjak, sementara persediaan terbatas maka harga akan naik.
Yang butuh banyak, yang mau beli ngantre, barangnya sedikit, maka harganya naik. Ini hukum ekonomi.
Tapi kalau stok banyak, pembeli berkurang harga pun akan turun, terutama barang yang tidak tahan lama seperti kebutuhan pokok misalnya bumbu dapur, sayur mayur, buah –buahan.
Cucu : “Lantas siapa yang naikkan harga kek?”
Kakek : “Pasar yang membuat harga menjadi naik. Kan, harga ditentukan oleh pasar. Jadi naik turunnya harga akan tergantung dari situasi pasar, antara penawaran dan permintaan sering disebut supply and demand yang masih dipengaruhi lagi oleh kondisi alam, rangkaian distribusi dan lain - lain”
Cucu : “Panjang juga ya kek?”
Kakek: “Yah cukup panjang kalau bicara soal kenaikan harga.”
Cucu : “Tapi kenapa kek, setiap jelang akhir tahun dan lebaran, harga selalu naik, apakah karena adanya permainan. Seperti sekarang kata ibu, harga cabai naik?”
Kakek pun menjelaskan tidak menutup kemungkinan kenaikan harga akibat aksi spekulan. Itu bisa terjadi.
Tetapi yang lazim karena permintaan melonjak, stok terbatas maka cabai makin pedas harganya.
Nah, soal stok menipis banyak penyebabnya.
Bisa karena gagal panen akibat cuaca buruk, distribusi tersendat. Bisa juga karena kita tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga harus impor dari negara lain.
Masih ada sejumlah komoditas pangan yang masih kita impor seperti bawang putih, cabai, beras dan kedelai.
Cucu: “Masa sih kek, cabai harus impor. Bukannya sawah kita luas dan subur ?”
Sambil tersenyum kakek menjelaskan. Iya, soal impor pangan memang masih menjadi kontroversi , tetepi masih juga terjadi.
Dari yang kakek baca di media cetak maupun online, sepanjang Januari – Juli 2021, negara kita telah mengimpor cabai sekitar 30 ribu ton dari sejumlah negara seperti India, China, Malaysia, Spanyol dan Australia.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai tersebut puluhan juta dolar AS atau setara lebih 900 miliar rupiah.
Cucu : “Wah banyak juga ya kek, coba kalau uang sebanyak itu dibagikan kepada petani, makmur juga kek.”
Kakek: “Hush... kamu ada – ada saja cucuku”
Lihat juga video “Anies Baswedan Pilih Ahmad Sahroni Menjadi Ketua Pelaksana Formula E”. (youtube/poskota tv)
Tetapi tidak dapat dipungkiri kebijakan impor pangan, utamanya komoditas pertanian menuai kontroversi, di tengah negeri kita yang dikenal sebagai negara agraris.
Di tengah negeri kita yang, konon, sangat subur makmur sehingga diistilahkan “tongkat kayu dan batu saja dapat menjadi tanaman” seperti lagunya Koes Plus. Itu band favorit kakek.
Cucu : “Pasti lagu favorit kakek Diana anak paman petani itu..?”
Sang kakek tertawa, cucu pun ikut tertawa. Keduanya tertawa bahagia. Yah, bahagia itu sederhana. Dengan tertawa yang pedas - pedas, rumit – rumit menjadi sirna.. (jokles)