JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Sekarang untuk dapat mengembangkan obat antivirus untuk sembuhkan pasien dari SARS-CoV-2 atau Covid-19 terbukti lebih kompleks.
Meskipun para ilmuwan sudah banyak yang mengembangkan vaksin untuk membantu melindungi orang dari paparan Covid-19 dalam waktu singkat selama pandemi.
Ada sejumlah antivirus yang sedang dikembangkan, salah satunya Ridgeback Biotherapeutics dan Merck Sharp & Dohme yang baru saja menerima persetujuan untuk molnupiravir antivirus oral untuk digunakan pada pasien Covid-19 di Inggris.
Keputusan itu diambil setelah hasil uji klinis fase 3 yang menunjukkan penurunan risiko kematian atau rawat inap sebesar 50 persen dibandingkan dengan plasebo.
Merck diikuti oleh Roche/Atea dan Pfizer, yang memiliki kandidat obat sendiri dalam uji coba fase 2 dan 3.
Beberapa yurisdiksi menyematkan banyak harapan pada pengembangan antivirus untuk mengatasi tingkat rawat inap.
Faktanya, pemerintah Inggris baru-baru Covid mengumumkan bahwa mereka telah memesan 730.000 dosis antivirus Covid-19.
Meskipun sebagian besar pesanan adalah untuk molnupiravir, seperempat juta adalah untuk calon obat Pfizer PF-07321332 dan obat antiretroviral HIV ritonavir, yang sekarang secara resmi disebut PAXLOVID.
Meskipun perusahaan farmasi tidak mempublikasikan data uji klinis untuk obat kandidat pada saat itu.
Pfizer telah menerbitkan rincian uji klinis dan praklinis fase 1. Hasilnya menunjukkan bahwa calon obatnya PAXLOVID aman pada manusia dan ada konsentrasi yang efektif melawan SARS-CoV-2 dalam uji laboratorium.
Hal ini berlaku baik ketika obat tersebut digunakan sendiri dan ketika digunakan bersama ritonavir.
Melansir dari laman Medical News Today, Dr Adam Bailey, asisten profesor di Departemen Patologi dan Kedokteran Laboratorium di University of Wisconsin-Madison, menjelaskan alasan di balik duo obat tersebut.
“Keduanya adalah protease inhibitor. Koktail obat yang memiliki target yang sama seringkali bisa menjadi cara yang berhasil untuk mengurangi kemungkinan munculnya mutasi [resisten] obat,” ujar Dr Adam Bailey.
“Alih-alih menyerang satu mutasi yang memberikan resistensi terhadap satu obat, virus harus memperoleh dua atau lebih mutasi yang berbeda untuk menghasilkan resistensi terhadap kedua obat secara bersamaan.” sambungnya. (cr03)