ADVERTISEMENT

Parah, Setiap Dibongkar, Bilik Prostitusi Gunung Antang Matraman Kembali Bangkit 

Jumat, 22 Oktober 2021 18:54 WIB

Share
Deretan bilik di pinggir rel kereta Bekasi-Manggarai di kawasan Gunung Antang, Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur yang menjadi lokasi kawasan prostitusi.  (Foto/cr02) 
Deretan bilik di pinggir rel kereta Bekasi-Manggarai di kawasan Gunung Antang, Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur yang menjadi lokasi kawasan prostitusi.  (Foto/cr02) 

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Deretan bilik prostitusi di kawasan Gunung Antang, Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, kembali menjadi sorotan selepas pria bernama Sugito (45) tewas dikeroyok oleh sekelompok orang di lokasi tersebut pada, Minggu (17/10/2021) pagi.

Sebelum tewas, Sugito yang tengah mabuk melakukan hubungan badan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ada di sana, namun, selesai bercinta, Sugito tak mau membayar.

Walhasil terjadilah cekcok dengan sekelompok orang di sana yang berujung perkelahian dan Sugito tewas.

Pihak kepolisian telah menangkap dua tersangka berinisial FS (Ferdy Sanjaya) dan JS (Jimmy Setiadi), sementara empat terduga pelaku lainnya masih buron.

Kejadian itu, menguak kembali adanya aktivitas prostitusi di kawasan Gunung Antang.

Bilik prostitusi Gunung Antang berdiri sejak 2016 lalu di lahan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini sempat dibongkar.

Wali Kota Jakarta Timur, Muhammad Anwar pun membenarkan adanya pembongkaran tersebut. "Betul (pernah dibongkar)," ucapnya kala dihubungi Poskota.co.id, Jumat (22/10/2021).

Ihwal berdirinya kembali deretan bilik prostitusi di kawasan Gunung Antang, pihaknya menanti koordinasi dari pihak PT KAI selaku pemilik lahan.

Jika PT KAI merasa perlu dibongkar dan meminta bantuan dari Pemkot Jakarta Timur, maka pihaknya siap membantu.

"Prinsipnya kan Pemkot siap menertibkan kalau KAI berkoordinasi, jadi kita menunggu karena itu asetnya KAI, kalau perlu bantuan, kita bantu untuk penertiban," jelasnya.

Dia pun menyampaikan jika pembongkaran bilik prostitusi di Gunung Antang sudah dilakukan beberapa kali, namun deretan bilik itu dibangun kembali.

Kata Anwar, PT KAI selaku pemilik lahan seolah kurang peduli pada kondisi asetnya sendiri.

"Sudah beberapa kali kita lakukan (pembongkaran) setelah tahun 2016, tapi kalau KAI kurang perduli dengan asetnya gimana?" ungkapnya.

Di sisi lain, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Erwin Kurniawan mengatakan bahwa pihaknya sudah beberapa kali menerima laporan tentang adanya aktivitas prostitusi dan peredaran minuman keras di kawasan Gunung Antang.

Menurut Erwin, masalah sosial seperti itu, perlu adanya sinergi dari berbagai instansi terkait, bukan hanya melibatkan pihak kepolisian saja.

"Saya rasa teman-teman sudah berkali-kali (membongkar) tapi balik lagi, balik lagi (dibangun kembali), penyakit masyarakat dan masalah sosial tidak dapat diselesaikan oleh pihak kepolisian saja," ucapnya.

Dengan kembali munculnya bilik prostitusi di kawasan Gunung Antang itu, maka pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak Pemkot Jakarta Timur serta Satpol PP jika memang nantinya akan dibongkar.

Tentu menilik kembali bahwa lahan tersebut juga milik dari PT KAI yang harusnya turut andil jika memang ingin melakukan pembongkaran.

"Ya, PT KAI sendiri karena sudah berusaha dengan cara menutup, tapi kita tetap saja kecolongan. Nanti kita akan koordinasikan supaya tempat-tempat seperti itu tidak menimbukan permasalahan seperti peredaran miras dan sebagainya," terangnya.

Sementara itu, guna menanyakan apakah PT KAI akan melakukan pembersihan area lahannya, Kepala Humas PT KAI Pusat, Joni Martinus menyampaikan agar mengontak Kepala Humas Bagian DAOP 1 PT KAI, Eva Chairunisa.

"Silakan koordinasi informasi ke Bu Eva, Kepala Humas Bagian DAOP 1 Jakarta, itu kewenangannya Bu Eva karena itu, wilayah bagian beliau," ujarnya.

Poskota coba menghubungi Eva Chairunisa, namun hingga berita ini ditulis, Eva belum jua merespons.

Dikabarkan sebelumnya, tempat Prostitusi di pinggir rel kawasan Gunung Antang, Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur disebut telah ada sejak tahun 1970-an.

Dari situ, pekerja seks komersial (PSK) beserta warung remang-remang yang menyertainya berdiri, baik guna menawarkan layanan seks maupun sebatas makanan dan minuman, termasuk minuman keras.

"Pembangunan (mereka ada di sana) tahun 1970-an sudah di situ," kata Ketua RW 09, Kelurahan Palmeriam, Sutrisno (66) kepada wartawan, Selasa (19/10/2021).

Para PSK di sana, menjaja layanan hubungan intim dengan tarif beragam. Menurut Sutrisno, masalah tarif itu relatif dia hanya bisa menyebut kisaran harga Rp50 ribu hingga Rp200 ribu.

"Relatif ya (tarifnya), ada yang Rp200 ribu, Rp100 ribu, ada yang Rp50 ribu," ucapnya.

Tak hanya perkara tarif, soal usia PSK pun juga beragam dari usia 20 tahun sampai 50 tahun.

"Ada yang muda, ada yang tua, yang tua sekitar 50 tahun juga ada, yang paling muda usia 20 tahunan," jelasnya.

Sementara itu, kata dia, PSK di sana ada yang berasal dari luar daerah seperti Citayam, Depok, hingga dari bongkaran lokalisasi Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara.

"Pendatang ada dari Citayam (Bogor), dari Depok, dari bongkaran Kalijodo juga ada, jadi sekitar jam 7  jam 8 (PSK) udah datang, ada yang bawa kendaraan motor," ucapnya.

Sutrisno mengatakan ada sekitar 30 lebih bilik prostitusi yang ada di lokasi itu. Deretan bilik berjejer di sisi kanan dan kiri lahan. Tertutup seng dan terbuat dari triplek.

"Lumayan banyak (jumlah bilik), ya kurang lebih ada 30 lah, banyak juga soalnya kanan kiri kan," ungkapnya kepada Poskota.co.id, Selasa (19/10/2021).

Lanjutnya, kata dia, bilik tersebut sekiranya berukuran panjang 3 meter dan lebar 3 meter. "Ya paling (ukurannya) sekitar 3 meter x 3 meter," jelasnya.

Pun, Sutrisno menambahkan, deretan bilik prostitusi tersebut diperkirakan sepanjang 200 meter. "Ya ada sekitar 200 meter panjangnya  (deretan bilik)," tuturnya.

Kata Sutrisno, selain jadi tempat prostitusi, lokasi tersebut juga menjadi tempat peredaran minuman keras dan aksi pembunuhan seperti yang terjadi pada  korban bernama Sugito (45) yang tewas dikeroyok di lokasi, pada Minggu (17/10/2021)

"Ya paling mabok, tapi enggak begitu sering, kalau pembunuhan selama pandemi, baru yang tadi aja, yang kemarin kejadian," ungkapnya.

 

Tonton juga video "Pekerja LRT Terjatuh Dari Ketinggian 8 Meter, Kapolsek Setiabudi: Masih Kritis Belum Sadarkan Diri". (youtube/poskota tv)

Terkait kasus kriminal hingga menewaskan nyawa, Sutrisno mencatat sejauh ini sudah ada tiga kali kasus tersebut terjadi. Bahkan prostitusi di Gunung Antang sempat ditutup selama tiga bulan lantaran adanya tamu  yang tewas.

"Ada tiga kali lah (kasus pembunuhan),” ujarnya.

Lanjut, kata Sutrisno, tempat prostitusi di kawasan Gunung Antang juga menjadi lokasi perjudian seperti judi dadu.

Karena itulah, warga sebenarnya resah, namun tak bisa berbuat banyak sebab takut ada konflik berkepanjangan.

"Ya mau gimana? Warga sekitar juga takut nanti ada gesekan, yang penting enggak ganggu wilayah situ," pungkasnya. (cr02/pkl04)

 

 

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT