ADVERTISEMENT
Senin, 11 Oktober 2021 06:30 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kishore Mahbubani bahkan dikatakan oleh Rocky Gerung sebagai seorang profesor yang memiliki “otak kecil” karena tidak melakukan penelitian secara mendalam.
“Jenius dalam demokrasi (tapi) meninggalkan keterbelahan bangsa, apa itu jenius melihat bangsa yang sudah terbelah. Jadi ini profesor yang ‘ocil’ juga, guru besar dengan otak kecil juga,” paparnya.
Ketika Rocky Gerung ditanya oleh seorang Jurnalis Senior, Hersubeno Arief soal berhasilnya Jokowi merangkul Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk masuk ke kabinetnya, dia meyakini adanya suatu alasan khusus dibaliknya.
Mantan Dosen Universitas Indonesia (UI) itu justru melihat upaya itu bukan sebagai mencegah perpecahan negara, tetapi lebih kepada tidak adanya lagi orang-orang penting yang mau mengontrol kinerja Jokowi.
“(Jokowi) jenius karrena menghalangi orang untuk mengkritik dia tuh, jadi saya bacanya orang ini (profesor) digaji sebetulnya, semacam lembaga survei dari luar yang digaji oleh Istana untuk mempromosikan berita baik,” kata Rocky Gerung.
“Mengapa? Karena enggak ada lagi berita baik dari dalam negeri, karena itu mesti gaji orang dari luar negeri untuk memberitahu ada berita baik, yaitu Preisden Jokowi jenius itu,” sambungnya.
Sebelumnya Presiden RI, Joko Widodo mendapat pujian setinggi langit dari Mantan diplomat Singapura, Kishore Mahbubani.
Salah satu Profesor di National University of Singapore (NUS) itu menilai bahwa Jokowi sebenarnya merupakan seorang pemimpin yang jenius.
Seharusnya, dengan kejeniusan yang dimiliki Presiden Jokowi banyak negara lain yang ‘cemburu’ dengan Indonesia.
Jokowi dinilainya sebagai pemimpin yang berhasil menuntaskan perpecahan politik dan juga kesenjangan sosial di Indonesia.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT