JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Para nelayan di Cilincing, Jakarta Utara mengeluhkan kondisi air di pesisir yang tercemar limbah industri.
Hal tersebut mengakibatkan para nelayan tak bisa mencari ikan di pinggiran laut saat kondisi cuaca sedang tidak stabil seperti sekarang ini.
Salah satu nelayan di Cilincing, Kurdianto (51) menceritakan, pada tahun sembilan puluhan, dirinya bersama nelayan lain bisa mencari ikan di pesisir laut saat kondisi cuaca sedang tidak stabil.
Meski hasil yang didapat tak sebanyak di tengah laut, paling tidak bisa untuk menambal kebutuhan sehari-hari.
Namun, di awal tahun dua ribuan, satu persatu bangunan industri mulai berdiri yang diduga membuang limbahnya langsung ke laut.
Hal tersebut mengakibatkan air pesisir Cilincing berwarna hitam pekat dan berbau tak sedap.
"Dulu tahun sembilan puluhan, bisa buat nyari ikan di sini. Tiap hari yang mancing juga banyak. Tapi sekarang item gini airnya kena limbah industri," terangnya.
Dikatakannya, masalah air di pesisir Cilincing yang tercemar limbah seperti sudah tak ada jalan keluarnya.
Bahkan bila Industri-industri itu terbukti membuang limbah ke laut dan kemudian ditutup oleh pemerintah, bakal sulit menjernihkan air seperti dulu lagi.
"Sekarang udah sulit. Lihat aja warnanya udah item banget," kata Kurdianto sambil menunjuk ke arah laut.
Dikatakan Kurdianto, kondisi air menjadi hitam pekat, bukan hanya dari limbah industri saja.
Tapi, juga banyak nelayan nakal yang membuang bekas oli mesin kapalnya ke laut.
"Dari kitanya juga gitu. Banyak buang oli bekas ke laut. Jadi harus terima kalau sekarang kondisinya gini," ujar bapak 3 anak asal Cirebon, Jawa Barat tersebut.
Kurdianto mengatakan, dirinya bersama puluhan teman lainnya, saat ini harus mengencangkan ikat pinggang selama dua Minggu kebelakang karena cuaca yang sedang tidak stabil.
Akibatnya, nelayan harus utang ke warung untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari karena penghasilannya dari mencari ikan menipis.
Di lokasi, sebagian besar nelayan, memilih untuk tidur di perahu berkapasitas 2 GT, yang bersandar di dermaga.
Terlihat juga beberapa nelayan yang sedang fokus memperbaiki jaring untuk mengisi waktu.
"Ya begini, kalau lagi cuaca buruk sampe berminggu-minggu ini hasilnya tipis. Penghasilan bisa dibilang minus," katanya.
Video RPTA Kelurahan Sunter Agung Disulap Lukisan Mural. (youtube/poskota tv)
Karena hasilnya tangkapan ikannya minus, Kurdi memilih untuk tidak melaut sampai cuaca mendukung.
Kurdi yang sudah 40 tahun menjadi nelayan, masih bersyukur karena untuk makan sehari-hari saat ini dirinya dibantu oleh anak pertamanya yang bekerja sebagai PPSU di Kelurahan Cilincing.
"Ya saya bersyukur, anak pertama saya laki-laki umurnya 26 tahun, bantu kalau untuk makan. Tapi kalau untuk rokok ya kita utang ke warung," pungkasnya. (yono)