JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Nelayan di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara tidak mengetahui terkait berita yang menyebutkan perairan Teluk Jakarta tercemar limbah Paracetamol.
Selain tak mengetahui, mereka juga tidak terlalu mempedulikan apa itu limbah Paracetamol. Menurut nelayan, biarlah urusan paracetamol dikelola oleh pihak yang bertanggungjawab.
Sementara nelayan hanya fokus mencari ikan untuk menghidupi keluarganya. Saat ini, hasil tangkapan ikan para Nelayan di Muara Angke, sedang merosot selama seminggu terakhir.
Bagi mereka, merosotnya hasil tangkapan ikan diketahui oleh nelayan dikarenakan faktor cuaca bukan karena limbah Paracetamol.
Bagi mereka, merosotnya hasil tangkapan ikan karenakan faktor cuaca, bukan karena
Merosotnya hasil tangkapan ikan diketahui oleh nelayan dikarenakan faktor cuaca bukan karena limbah Paracetamol.
"Enggak tahu apa itu paracetamol. Kalau ikan lagi turun cuma ada cuacanya. Mungkin lebih ngerti," kata Bada (54) salah satu nelayan di Muara Angke, Selasa (5/10/2021).
Bada mengatakan, penurunan hasil melalui merosot hingga sekitar 90 persen dalam sepekan terakhir. Biasanya kata Bada, dalam semalam ia bisa menangkap ikan hingga 10 ton.
Namun, saat ini penghasilan melautnya hanya dapat sekitar 1 ton ikan. "Kalau lagi normal ya 5-10 ton, sekarang mah satu ton, dua ton," ujarnya saat ditemui di Muara Angke, Selasa (5/10/2021) siang.
Bila sedang normal, sekali melaut kapalnya bisa mengangkut 10 ton ikan. Dari 10 ton tersebut bila di rupiahkan sekitar Rp10 juta.
Hasil itu kemudian dibagi bersama 8 teman lainnya setelah dipotong biaya operasional kapal.
Namun, bila ikan yang didapat sedang tipis, sekali melaut, hanya mendapatkan Rp1 juta dari hasil penjualan ikan.
Setelah hasil tersebut dipotong biaya ini dan itu, Bada dan rekannya hanya bisa mengantongi Rp50 ribu.
"Dibagi lagi, ada belanjaan lah Rp300 ribu, sama bosnya, paling saya cuma Rp50 ribu," jelas pria asal Indramayu, Jawa Barat tersebut.
Meski begitu, Bada dan 8 teman satu kapal yang berukuran 8 GT, tetap telaten memburu ikan di perairan Teluk Jakarta.
Paling jauh, kata Bada, kapalnya berlayar hingga ke Pulau Putri, Kepulauan Seribu untuk mencari ikan.
Menurunnya hasil tangkapan ikan, kata Bada yang sudah 10 tahun menjadi nelayan, dipengaruhi oleh cuaca yang tidak bersahabat.
"Iya karena cuaca kadang anginya dari selatan. Apalagi masuk musim ujan. Ntar nih kalau udah barat-an (angin barat) muncul lagi, sekarang lagi turun," pungkasnya.
Adapun dalam Buletin Polusi Laut, yang diterbitkan oleh sciencedirect.com menyatakan, limbah yang mencemari laut Teluk Jakarta mengandung parasetamol.
Hal itu disebutkan dalam laporan yang berjudul ‘Konsentrasi Tinggi Paracetamol dalam Limbah yang Mendominasi Perairan Teluk Jakarta, Indonesia’.
Untuk membuktikan kebenarannya, pada Sabtu (2/10/2021), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengambil sampel air laut di dua titik lokasi yaitu di perairan Muara Angke dan Ancol untuk diteliti di Laboratorium. (*)