Karikatur Bung Harmoko. (kartunis: poskota/arif's)

Kopi Pagi

Bukan Ilmunya, Tapi Amalannya

Senin 31 Mei 2021, 07:00 WIB

Oleh: Harmoko

SUATU ilmu atau ajaran tak cukup sampai pada tahapan dipelajari, dimengerti, dan dipahamai, tetapi diamalkan. Sering dikatakan: pengetahuan tidaklah cukup, tanpa pengamalan. Ilmu bermanfaat setelah diamalkan. Ilmu yang tidak bermanfaat ibarat obat yang tidak menyembuhkan penyakit.

Begitu pun dengan Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa kita, tak cukup dihayati, tetapi harus diamalkan.

Yang hendak saya sampaikan adalah menuntut ilmu adalah penting, memahami sebuah ajaran dan menghayati falsafat hidup juga penting, tetapi mengamalkannya tak kalah pentingnya.

Baca Juga:

Amalan adalah tahapan terakhir untuk menguji penguasaan seseorang tentang keilmuannya, sejauh mana tingkat keadabannya. Sebagaimana tahapan pertama orang mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, selanjutnya mengamalkan dan menyebarluaskannya.

Setinggi apa pun ilmunya, seluas mana pun penguasaan mengenai pedoman hidup bangsa, falsafah bangsa kita, Pancasila, tanpa pengamalan tidak akan bermakna apa-apa, lebih-lebih bagi kemajuan bangsa kita.

Karenanya, menurut hemat saya, yang dibutuhkan di era kekinian adalah penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari  sejak usia dini. Nilai-nilai praktis bisa diajarkan, sekaligus diterapkan sejak bangun tidur-beraktivitas sepanjang hari hingga sebelum beranjak ke tempat tidur.

Sebut saja yang paling sederhana adalah mengembangkan sikap sopan santun, bagaimana menghormati orang yang lebih tua, mematuhi orangtua, menghormati orang yang lebuh tua dan menghargai teman sebaya yang lebih muda.

Dengan senang hati membantu teman yang sedang kesulitan/ kesusahan, menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama, tidak boleh memaksakan sesuatu kepada teman. Tidak boleh bersikap sesuka hatinya, tidak pula mengambil hak orang lain.

Masih banyak lagi ucapan dan perilaku perbuatan sebagaimana terkandung, sedikitnya 36 butir dari kelima sila Pancasila yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Inilah bentuk pengamalan yang dapat diajarkan dan diterapkan pada anak- anak dan cucu kita di rumah sejak usia dini. Tidak perlu hafalan tentang Pancasila, karena yang dibutuhkan bukanlah hafalan, tetapi pemahaman, penghayatan dan pengamalan.

Menumbuhkan kesadaran diri bahwa apa yang diajarkan oleh orang tuanya, anggota keluarganya dalam kesehariannya adalah perbuatan baik dan mendatangkan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karenanya wajib diamalkan kepada siapa saja, di mana saja dan kapan saja.

Harapannya, kelak apa pun profesi yang digeluti akan tetap mencerminkan  perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila sebagai jati diri bangsa kita, adat budaya kita, falsafah bangsa kita, pedoman hidup kita.

Kalau pengusaha, akan menjadi pengusaha yang dermawan. Kalau aparat, akan bertindak tegas, adil  dan humanis. Kalau politikus, memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi dan kelompoknya dengan atas nama rakyat.  Jika menjadi pejabat, tentu pejabat yang merakyat, bersikap arif dan bijak, mengayomi semua rakyat, memperjuangkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial sebagaimana cita-cita negeri ini sejak didirikan.

Mari kita amalkan dengan aksi nyata, bukan sebatas euforia dan retorika, tanpa fakta. Sekecil apa pun amalan lebih bermakna, ketimbang sama sekali tidak. Bismillah.. (*)

Tags:
Bukan IlmunyaTapi AmalannyaKopi Pagiposkota.co.id

Administrator

Reporter

Administrator

Editor