Bung Harmoko, karikatur.

Kopi Pagi

Hidup Sak Madyo

Kamis 29 Apr 2021, 07:00 WIB

Oleh: Harmoko

POLA hidup sederhana kian dibutuhkan di tengah belum pulihnya perekonomian nasional akibat terdampak pandemi. Menjadi tidak pantas sekiranya masih ada yang mempertontonkan kemewahan di hadapan publik, di tengah derita orang lain.

 Hidup sederhana, dalam filosofi Jawa sering disebut “Urip sak madyo” – hidup sewajarnya - seadanya – secukupnya - sepantasnya,  sudah sejak dulu diajarkan oleh para leluhur.

Hidup sak madyo tak hanya menyangkut soal etika dalam hidup bermsyarakat, tetapi diyakini dapat mendorong terwujudnya kemakmuran dan keadilan sosial.

Begitu pentingnya perilaku sederhana dalam kehidupan sehari – hari, maka para pendiri negeri ini mensarikannya ke dalam falsafah bangsa kita, Pancasila, agar menjadi tuntunan sepanjang masa.

Anjuran agar tidak boros dan tidak bergaya hidup mewah seperti dirumuskan  dalam butir- butir sila kelima Pancasila, merupakan cerminan dari urip sak madyo sebagaimana kehendak para founding fathers kita.

Yang hendak saya sampaikan adalah ajakan hidup sederhana bukan datang tiba- tiba, bukan pula diterapkan seketika karena dibutuhkan, tetapi hendaknya menjadi pedoman hidup sehari – hari pada segala macam situasi, lebih – lebih di era pandemi sekarang ini.

Baca Juga:

Embrio munculnya kecemburuan sosial dapat dipupus lewat perilaku kehidupan sederhana. Hidup sak madyo dapat mencerminkan rasa empati di saat orang lain hidup serba kekurangan.

Sangat tidak berperasaan, di saat orang lain sedang terbelit kesulitan ekonomi, kita malah menebar kemewahan seolah ikut menertawakan yang pada akhirnya dapat memperlebar jurang kesenjangan sosial.

Agama apa pun mengajarkan kepada umatnya untuk hidup sak madyo, tidak boros, tidak riya, tidak pula mengada – adakan.

Patut diingat, hidup sak madyo bukan berarti hidup miskin ( tidak berharta benda). Tetapi bagaimana menata diri agar hidupnya tidak berlebihan. Dapat membatasi diri dengan perbuatan semestinya, bukan yang tidak semestinya. Bukan ngoyo, bukan pula neko - neko.

Sak madyo, tentunya bukan saja dalam sikap perbuatan, juga ucapan yang kadang lebih tajam memamerkan kemewahan lebih dari fakta yang sebenarnya. Karenanya perlu menjaga mata agar tidak silau atas kepemilikan orang lain.

Menjaga hati  agar tidak tergoda dengan beragam keinginan yang melebihi kemampuan. Menjaga diri agar dijauhkan dari rasa gengsi.

Ingat selama gengsi masih bersemayam dalam diri, sulit rasanya menjalankan pola hidup sederhana sebagaimana kata pepatah : Hidup itu sederhana, yang rumit pikiran kita. Hidup itu mudah, yang sulit maunya kita. Hidup itu murah, yang mahal gengsi kita.

Kuncinya, pikiran kita harus diarahkan kepada hal yang positif, maunya kita harus dibatasi, gengsi kita akhiri.

Hidup sak madyo akan pula menuntun kita untuk menghormati alam sekitarnya. Sikap tidak boros akan berdampak pula kepada penggunaan sumber daya alam sekitar.

Tentu, penggunaan sumber daya alam akan lebih hemat karena hanya akan digunakan sesuai kebutuhan, bukan dihamburkan.

Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan dapat dicegah sedemikian rupa sebagai upaya melestarikannnya untuk kepentingan anak cucu kita nanti. (*).

Tags:
Kopi PagiharmokoPola HidupSederhana

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor