KELEWATAN betul Dalimin, 33, warga Brebes (Jateng) ini. Sehari-hari dia berjualan martabak, kok kepincut “martabak” temannya, Pawidi, 30, yang berjualan cilok. Nah, saat Dalimin menikmati “martabak” tetangga di kamar mandi, ketahuan dan kabur. Kasihan istri Pawidi ini, dia luka-luka dibacok suami.
Enakan mana martabak dengan cilok? Dari harga saja martabak jauh lebih mahal, maka rasanya pun dipastikan lebih lezat. Tapi bagi sang penjual, meski martabak bikinan sendiri lebih lezat, ada saja yang masih tertarik pada martabak tetangga.
Jika martabak tersebut dalam arti sebenarnya, tak masalah. Tapi jika martabak itu sekedar kiasan, ini sangat berbahaya. Bisa terjadi pertumpahan darah antar tetangga, gara-gara martabak yang berkepala hitam.
Dalimin warga Limbangan Brebes, sehari-hari jualan martabak di depan SD Losari. Di sana ada juga temannya yang berjualan cilok, namanya Pawidi. Beda dengan Dalimin, setiap jualan Pawidi ini dibantu oleh istrinya, Ngatimi, dengan tugas membuat sujen atau tusuk sate untuk cilok-ciloknya tersebut.
Sesama penjual keduanya cukup akrab, tak ada persaingan dagang, karena jenis komoditasnya memang beda. Jika ada masalah, justru lantaran istrinya ini, Si Ngatimi yang penampilannya memang lumayan. Bodinya seksi kalau tak mau disebut keker, karena setiap hari membelah bambu untuk bikin tusuk sate.
Rupanya diam-diam Dalimin ini tertarik pada Ngatimi, istri rekanan berjualan. Edan nggak itu namanya? Sudah jualan martabak, kok masih tertarik pada “martabak” bini teman dagangnya.
Tapi edan nggak edan, setan memang membenarkan langkah politik Dalimin yang pernah jadi kusir andong itu. “Dalam perspektif setan, sesama teman rebutan bini itu sudah biasa....” kata setan mencari pembenaran.
Dewi Fortuna rupanya sedang berpihak pada Dalimin, karena ternyata Ngatimi juga memberi lampu hijau. Karena sudah ada lampu hijau, Dalimin berusaha keras untuk bisa “tancap gas” bersama Ngatimi. Apa lagi setan juga mengisyaratkan, belok kiri boleh langsung. Maksudnya, langsung ke ranjang asmara gitu!
Belum lama ini Dalimin pura-puranya silaturahmi, main ke rumah Pawidi yang sama-sama di Losari. Tapi aneh juga tukang martabak ini sebagai tamu. Datang pukul 13.00, sampai pukul 16.00 belum beranjak pulang.
Dia terus asyik ikut bantu suami istri ini bikin tusuk sate. Baru berhenti ketika Pawidi mandi, dan kemudian keluar sebentar untuk membeli rokok.
Tapi sewaktu pulang, ternyata Ngatimi dan Dalimin tak ada. Dipanggil-panggil keduanya tak menyahut. Pawidi pun bertanya pada anaknya, Jendul, 4, dan dijawab bahwa ada di kamar mandi. Dan memang benar, ketika dipanggil, tahu-tahu Dalimin keluar dan kabur, sedangkan Ngatimi menyusul beberapa saat kemudian.
“Ngapain saja kalian?” hardik Pawidi dengan keras. Tapi jawab Ngatimi, sedang BAB. Ini kan nggak masuk akal, mana mungkin buang air kok bareng. Langsung saja dia raba rok istrinya tepat bawah puser. Lho, kok basah dan tak pakai celana dalam lagi. Kontan Ngatimi diinterogasi, baru ngapain saja tadi? Akhirnya Ngatimi baru saja hubungan intim.
Berapa kali, tanya Pawidi sambil nempeleng istrinya, plakkk! Ketika dikemplang lagi, baru Ngatimi mengaku, “Iya, berkali-kali!” Tentu saja Pawidi jadi naik pitam, karena “aset”-nya diserobot orang semena-mena. Dia langsung ambil golok dan dibacokkan ke tubuh istrinya berkali-kali. Ngatimi pun berteriak sehingga tetangga berdatangan dan menolongnya.
Pawidi yang takut dihakimi warga langsung kabur menuju sumur, dalam rangka mau bunuh diri. Tapi warga berhasil menahannya. Ngatimi dilarikan ke RSUD Brebes sementara Pawidi diserahkan ke Polsek Losari. Sedangkan Dalimin selaku pemicu masalah juga dicari-cari polisi. Makan martabak kok di kamar mandi, tak eloklah! (JPNN/Gunarso TS)